Malas dan menunda-nunda pekerjaan adalah sesuatu hal yang manusiawi dan wajar kita alami. Tetapi, kalau terus menerus malas dan menunda-nunda mengerjakan tugas kuliah? Wah, bisa repot juga. Padahal dosen tak pernah absen dalam memberikan tugas kepada mahasiswanya. Apalagi, jika tugas-tugas itu sudah menumpuk dan deadline sebentar lagi. Akhirnya, mahasiswa tidak punya cara lain, selain SKS. Ya, SKS alias Sistem Kebut Semalam.
Istilah SKS sudah sangat akrab di telinga para pelajar, khususnya mahasiswa. SKS bisa terjadi baik dalam mengerjakan tugas maupun dalam mempersiapkan diri mengikuti ujian. SKS seperti sudah menjadi kebiasaan bagi para mahasiswa. Bahkan ada yang sampai mengatakan kalau mengerjakan tugas secara kebut semalam itu lebih tertantang dan lebih greget. Atau alasan lainnya, seperti; “kalau mengerjakan sejak jauh-jauh hari sering tidak ada inspirasi, nah kalau mengerjakannya SKS, otak langsung cemerlang”. Begitulah serba-serbi alasan mahasiswa untuk membenarkan Sistem Kebut Semalam.
Tahukah Anda bahwa sebenarnya SKS itu karena ketidakmampuan dalam mengatur diri dan waktu untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, sehingga mahasiswa lebih mencari cara yang instant karena tidak ada banyak waktu. Karenanya mahasiswa lebih memilih untuk melakukan copy-paste atau copas tugas lama dari kakak tingkat, artikel-artikel dari internet, dengan mengubah sedikit kata-kata atau kalimat yang sudah ada supaya tidak terlalu terkesan menjiplak. Berbahaya jika hal ini menjadi sebuah kebiasaan, apalagi jika didukung oleh faktor tidak pernah ketahuan oleh dosennya. Akibatnya, mahasiswa menjadi tidak kreatif dan malas untuk berpikir. Selain bahaya secara psikis, seperti malas dan tidak kreatif, bahaya SKS juga dapat dirasakan secara fisik. Misalnya, karena begadang mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan esok hari, mahasiswa akan kurang tidur. Kurang tidur akan mengakibatkan sakit kepala, bahkan tekanan darah tinggi.
Sebenarnya mengatasi penyakit ketergantungan SKS itu tidaklah terlalu sulit, asalkan si pecandu SKS ini memiliki niat yang kuat untuk mengubah pola belajarnya. Pertama-tama kita harus pandai-pandai mengatur waktu, kapan untuk bersantai-santai dan kapan untuk mengerjakan tugas. Selain itu, ada baiknya mengerjakan tugas dengan cara menyicil sedikit demi sedikit supaya tugas tidak menumpuk dan menjadi beban.
Husnul Arifah
Anggota Magang UKM Jurnalistik Untirta