Bidikutama.com – Saat ini kita memasuki era globalisasi, era dimana manusia saling terbuka dan bergantung satu sama lainnya tanpa batas waktu dan jarak. Dengan adanya keterbukaan tanpa batas waktu dan jarak tersebut tentunya memberikan dampak terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk teknologi. Dampak yang diberikan juga tidak hanya dampak positif, melainkan juga dampak negatif. Oleh karena itu, banyak yang mengatakan bahwa globalisasi seperti dua mata pisau.
Di era globalisasi ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat, terutama teknologi di bidang industri dimana saat ini ada banyak teknologi yang digunakan untuk membantu proses produksi. Karenanya, dalam era globalisasi ini ada hal yang dikenal dengan revolusi industri 4.0. Secara sederhana, revolusi industri 4.0 dapat dipahami sebagai perkembangan di bidang indsutri yang mengarah pada otomatisasi, dimana otomatisasi sendiri berarti penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang secara otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan lagi pengawasan manusia.
Dengan adanya otomatisasi atau yang biasa dikenal dengan automasi ini, para buruh, terutama buruh di bidang industri manufaktur atau yang biasa disebut buruh pabrik, tentunya akan merasakan dampaknya secara langsung. Bagaimana tidak? Dengan adanya automasi ini, mereka terancam untuk diberhentikan karena automasi ini membuat program pengurangan jumlah karyawan menjadi tidak bisa dihindari. Seperti yang dilansir dari CNBC, persaingan global di era globalisasi ini menjadi salah satu faktor pendukung perusahaan untuk memikirkan strategi efisiensi biaya, dimana pemotongan jumlah karyawan dengan kemudian beralih menggunakan mesin sebagai alat produksi bisa menjadi alternatif.
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, per 2018, jumlah buruh pabrik di Indonesia mencapai angka 18,25 juta. Dengan jumlah tersebut, buruh pabrik berkontribusi sebesar 14,72% terhadap total tenaga kerja nasional. Bisa kita bayangkan, jika automasi di revolusi industri 4.0 ini berhasil terlaksana, maka ada kemungkinan bahwa 18,25 juta buruh pabrik tersebut akan kehilangan pekerjaan, dan hal tersebut dapat membuat angka pengangguran meningkat. Tetapi, mengapa buruh yang bekerja di sektor industri manufaktur yang kemudian menjadi sangat terancam dengan adanya automasi ini? Hal tersebut dikarenakan sektor industri manufaktur adalah sektor industri yang menggunakan banyak tenaga manusia dalam bidang produksi. Akan tetapi, tenaga tersebut adalah jenis tenaga yang terdistribusi pada pekerjaan yang sangat besar kemungkinannya untuk dapat dikerjakan oleh mesin.
Indonesia yang memiliki banyak pekerja di bidang industri manufaktur tentunya harus bersiap dalam menghadapi automasi di revolusi industri 4.0 ini. Karena jika tidak, maka automasi akan menimbulkan efek domino. Seperti yang kita ketahui, ada banyak jumlah tenaga kerja di Indonesia tetapi hanya sedikit dari mereka yang merupakan tenaga kerja yang terlatih dan terdidik. Oleh karena itu, pemerintah memiliki kewajiban yang sangat besar dalam menghadapi automasi ini. Pemerintah harus mulai gencar melakukan berbagai program untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pekerja Indonesia. Pemerintah harus mulai menjalankan berbagai program pelatihan untuk meningkatkan berbagai skills yang dibutuhkan dalam era revolusi indsutri 4.0 pada para buruh yang ada, sehingga mereka siap untuk menghadapi automasi. Tetapi, dalam hal ini, pemerintah bukan satu-satunya yang bertanggung jawab. Para buruh pun harus bertanggung jawab dengan bersedia dan siap untuk mengikuti berbagai program pelatihan yang nantinya mungkin akan dibuat oleh pemerintah. Karena sejatinya, revolusi industri 4.0, termasuk automasi di dalamnya, dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomiannya apabila SDM di Indonesia merupakan SDM yang berkualitas sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada di revolusi industri 4.0 tersebut.
Referensi:
Eka, Randi. 2019. “Berbicara tentang revolusi industri 4.0 dari banyak aspek”. Diakses melalui https://dailysocial.id/post/nasib-buruh-di-era-digital pada tanggal 29 April 2020.
Ayuningtyas, Dwi. 2019. “Hari Buruh, Ini Perusahaan dengan Jumlah Karyawan Fantastis”. Diakses melalui https://www.cnbcindonesia.com/news/20190501110835-4-69885/hari-buruh-ini-perusahaan-dengan-jumlah-karyawan-fantastis/1 pada tanggal 29 April 2020.
Jannah, Selfie Miftahul. 2019. “Menperin: Industri Manufaktur RI Serap 18,25 Juta Pekerja pada 2018”. Diakses melalui https://tirto.id/menperin-industri-manufaktur-ri-serap-1825-juta-pekerja-pada-2018-dg8e pada tanggal 29 April 2020.
Penulis: Muhamad Afdhel Darmawan (Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Angkatan 2018)
Editor: Thoby/BU