Bidikutama.com – Belakangan ini publik Banten, khususnya Kota Serang, digegerkan dengan aksi menuntut penggratisan uang kuliah tunggal (UKT) yang dilakukan sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten. Mereka menganggap pembayaran UKT tak sebanding dengan fasilitas yang diperoleh.
Selain UIN SMH Banten, ada juga kampus yang tak kalah terkenalnya di Banten. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), namanya. Kebanyakan orang menyebutnya Kampus Sultan.
Entah karena memang ada tulisan ‘sultan’ pada nama universitasnya, entah karena memang mahasiswanya yang diam-diam saja karena mampu membayar UKT secara penuh, sementara fasilitasnya tidak didapatkan. Saya kurang tahu itu.
Mungkin saja diamnya itu karena membayar UKT secara penuh bukanlah masalah, atau karena cuek. Atau bahkan, saking percayanya dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) yang senantiasa mengadvokasikan kepentingan mahasiswanya.
Namun begitu, sejauh ini saya belum pernah melihat pergerakan BEM KBM yang berjuang atau aksi-aksi menuntut penggratisan atau potongan UKT layaknya mahasiswa kampus tetangga.
Oke, kita berpikir positif saja. Saya meyakini bahwa BEM KBM telah menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Kita jangan melulu men-judge dengan kalimat, “BEM KBM keberadaannya tidak dirasakan” dan “BEM KBM Gak Guna”. Jangan begitulah.
Kita harus menghargai perjuangan mereka. Mungkin mereka selalu berdoa di sepertiga malam, mendoakan agar orang tua mahasiswa mampu membayar UKT. Subhanallah. Kalau memang benar, mulia sekali para pemimpin kita.
Baik, berikut ini adalah hasil analisis saya mengapa BEM KBM tidak menjadi motor penggerak (atau berjuang paling depan, tapi senyap-senyap) dalam menuntut penggratisan atau potongan UKT.
The Power of Orang Dalam
Tempo hari beredar flyer ucapan selamat Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) dari BEM KBM yang disandingkan dengan flyer ucapan serupa dari rektor, yang dimuat di akun Instagram (IG) resmi Untirta, yang sekarang akunnya sudah bercentang biru.
Banyak juga narasi berseliweran kalau BEM KBM ‘kawin’ dengan pihak rektorat. Saya enggak paham. Masa lembaga bisa kawin? Aneh-aneh saja.
Eits, ternyata bukan itu maksudnya. Ada yang memberitahu saya kalau itu adalah bagian daripada sinergisnya BEM KBM dengan pihak rektorat.
Saya rasa tindakan yang dilakukan BEM KBM wajib diapresiasi. Siapa tahu karena sudah akrab, tiba-tiba muncul kebijakan penggratisan atau pemotongan UKT. Kan kita enggak tahu. Bisa jadi itu adalah hikmah dari sinergisnya BEM KBM dengan pihak rektorat. Jadi, enggak perlu aksi desak-desaskan. Kan capek juga.
BEM KBM Meyakini Doanya Dikabulkan oleh Tuhan YME
Tingkat inisiatif dan bertanggung jawab dari BEM KBM terhadap amanahnya sangat tinggi. “Daripada nanti banyak yang dorong agar minta digratiskan atau maksa gua untuk aksi, mending gua doakan orang tua mereka agar mampu membayar UKT”.
Barangkali seperti itulah tingkat kepedulian BEM KBM. Sampai-sampai rela bangun dan rajin mendoakan di sepertiga malamnya. Terima kasih, BEM KBM.
BEM KBM Tak Suka Pujian
BEM KBM enggak seperti kita yang setiap kali berbuat kebaikan selalu dipertontonkan, karena mereka paham bahwasannya pujian itu hanya untuk Tuhan YME.
Mungkin saja BEM KBM sudah berusaha bernegosiasi dan melobi-lobi, hanya saja doi tidak memberitahukannya kepada publik.
Saking tak butuhnya pujian, kolom komentar akun IG-nya, @bemkbmuntirta, pun dibatasi. Padahal, itu adalah wadah bagi rakyat Untirtagakure dalam memberikan apresiasi.
Hal ini jelas membuktikan bahwasannya hari ini BEM KBM tidak mau dan tidak suka dipuji-puji. Padahal, kami sebagai warganya mau berterima kasih, lho.
Maka dari itu, kita enggak boleh overthinking, gaes. Kita percaya saja sama BEM KBM. Yakin saja sama BEM KBM kalau mereka benar-benar menjalankan tugasnya sebagai pemimpin kita.
Perihal asumsi saya terhadap BEM KBM ini benar atau salah, itu urusan lain. Pokoknya, ada atau tidaknya gerakan, saya berharap agar di semester depan (kalau masih pandemi) atau hari ini ada kejutan penggratisan atau pemotongan UKT.
Penulis : Yovi/BU
Editor : Thoby/BU