Bidikutama.com – Perkembangan zaman dari masa ke masa sangatlah berubah drastis. Seiring dengan perkembangan zaman, kita sebagai manusia haruslah dapat beradaptasi agar tidak tergilas oleh kerasnya zaman. Engineer adalah profesi yang sangat vital pada perkembangan zaman hari ini, karena kita mengetahui bahwasannya perkembangan zaman pada hari ini sangat lah pesat pada sektor teknologi, dengan begitu profesi engineer pada hari ini sangatlah central. Walau sebenarnya atas kemajuan pola pikir engineer dapat menggilas dirinya sendiri sebagai contoh adalah otomasi pada industri.
Pada awalnya engineer membuat sebuah sistem otomatis untuk menjalankan mesin-mesin produksi guna mempermudah setiap kegiatan proses produksi pada industri tersebut tapi, membuat petaka ketika mesin-mesin itu berjalan secara otomatis. Mengakibatkan semakin terpangkasnya sumber daya manusia yang dahulu tenaganya didedikasikan untuk menghasilkan sebuah produk karena keotomatisan sistem, blunder.
Akhirnya engineer sendiri yang mematikan peluang bagi engineer untuk kerja, karena ide otomasi pada mesin-mesin berdampak membuat industri tidak membutuhkan sumber daya manusia yang banyak. Dahulu untuk menciptakan sebuah produk memerlukan sepuluh orang dalam team, karena otomasi tersebut. Berbeda dengan hari ini hanya dibutuhkan satu sampai tiga orang saja untuk memonitor robot otomatis yang sedang membuat produk pada industri tersebut.
Hal tersebut merupakan sebuah petaka bukan? yang seharusnya peluang kerja di industri mempekerjakan 10 engineer, abikat dari perkembangan zaman sebuah industri hanya membuka peluang kerja untuk 3 engineer, memangkas lebih dari setengahnya. Hal ini lebih dikenal sebagai fenomena revolusi industri 4.0 dan keblunderan dari perkembangan isi otak engineer tersebut menghasilkan pengangguran yang sangat besar, terlebih dengan kondisi bonus demografi atau banyaknya usia produktif pada hari ini pun berakibat negatif bahkan memangkas peluang kerja dalam bidang engineer itu sendiri.
Lalu, apa yang bisa kita atau saya pribadi sebagai calon engineer lakukan untuk menjadi bagian dari engineer yang mampu terserap oleh industri, seleksi alam memang berlaku disini, hanya saja dengan perkembangan revolusi industri 4.0 ini. Bukankah kita sebagai engineer atau saya pribadi calon engineer di masa depan itu mempersiapkan diri untuk memperbanyak isi otak agar dapat menjadi pribadi yang unggul, sebaliknya banyak yang megambil jalan pintas yaitu dengan persaingan yang tidak sehat dengan cara mencari OD atau “orang dalam” di industri untuk dapat terserap pada industri tersebut. Hina buka hal itu lah yang menyebabkan banyaknya pelanggaran-pelanggaran etika profesi dalam profesi sebagai engineer.
Karena engineer memiliki ruang lingkup terlalu luas, maka saya kerucutkan lagi karena saya adalah calon teknisi kelistrikan atau biasa disebut electrical engineering maka pada tulisan saya kali ini yang akan saya bahas tentang bagaimana keterkaitan electrical engineering dalam menghadapi revolusi industri 4.0 tanpa melakukan pelanggaran dan atau norma dalam konteks etika profesi sebagai electrical engineering. Menyelang opini saya di atas memang karena banyaknya orang yang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan posisi jabatan di sebuah industri. Hal itu adalah salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya pelanggaran etika profesi karena bisa dibilang mereka kurang kredibel karena keilmuannya pun diragukan. Sebelumnya kita harus tau terlebih dahulu apa itu etika profesi dan kenapa etika profesi itu perlu di junjung tinggi oleh semua orang yang berprofesi (semua profesi).
Etika profesi adalah sebuah panduan profesionalisme dalam dunia kerja, yang berarti kita harus memahami etika-etika sebagai seorang professional dalam hal yang berkaitan dengan electrical engineer. Pelanggaran etika profesi dapat terjadi karena faktor kesengajaan ataupun tidak. Contoh kecilnya pelanggaran etika profesi adalah dengan membiarkan kabel-kabel berserakan di mana-mana, yang seharusnya kabel-kabel tersebut mestinya dirapihkan. Bahkan harus di tempatkan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak atau setidaknya sesuai dengan peraturan yang ada, karena jika kabel yang merupakan isolator dari kawat atau tembaga penghantar dan lebih bahaya ketika kabel tersebut terjadi kerusakan jika dapat dijangkau oleh anak-anak atau orang yang tidak paham akan kelistrikan maka petaka mereka akan terkena sambaran listrik. Maka dari itu sebagai teknisi kita harusnya menjunjung tinggi norma-norma atau aturan selayaknya sesuai dengan aturan yang berlaku, baik standar nasional maupun yang internasional. Dalam hal sekecil itupun dapat membahayakan bahkan jika listriknya bertegangan tinggi maka akan ada korban jiwa dan menurut saya memang kita tidak boleh meremehkan hal sekecil apapun.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 supaya kita termasuk kedalam daftar orang yang bisa mengikuti zaman, maka kita harus membekali diri kita dengan ilmu yang lebih mumpuni, selain ilmu, praktek adalah salah satu hal yang dapat dibilang wajib untuk engineer karena jika kita tidak melakukan praktek kita tidak akan tau kondisi dilapangan itu bagaimana, selebihnya untuk profesi baik itu teknisi ataupun yang lain maka mereka akan mengerti pentingnya menjunjung tinggi etika profesi sebagai legalitas dan menambah pemahaman seorang teknisi atau profesi lainnya akan mengikuti beberapa sertifikasi yang di dalamnya ada program pelatihan sesuai dengan keterampilan yang dipilih.
Untuk teknisi sendiri seharusnya memegang minimalnya sertifikasi K3 (kesehatan dan keselamatan kerja), ketika seorang teknisi sudah melaksanakan pelatihan sertifikasi tersebut. Teknisi akan mendapatkan sertifikat sesuai dengan pelatihan yang diikuti, yang berarti dia dilegitimasikan telah memahami, mengerti dan mampu melaksanakan apa yang telah dilakukan di pelatihan tersebut. Sertifikat itu selain penting untuk nilai tambah ketika kita melamar pekerjaan, tetapi kita juga harus memahami isi dari pelatihan yang diikuti. Semakin banyak kita mengikuti pelatihan semakin kecil kemungkinan kita melakukan kesalahan atau pelanggaran atas etika profesi ketika kita bekerja dan sudah dipastikan kita termasuk dalam golongan orang yang mampu bersaing pada era revolusi industri 4.0.
Setelah mengerti dan memahami cara kita survive di era revolusi industri maka kita akan siap menyambut era civil society 5.0 dan kegelisahan bahwasannya engineer akan tergilas oleh sistem otomatis yang biasa dikenal sebagai robot itupun akan terpatahkan. Jika kita mampu menjadi manusia yang unggul, perlu sedikit dijelaskan bahwasannya di era civil society 5.0 merupakan optimalisasi dari sistem Artivicial Intelegent atau AI (kecerdasan buatan) di era ini menggabungkan segala aspek yaitu manusia, benda dan sistem semuanya terhubung di dunia maya. Hasil optimalisasi dari kecerdasan buatan tersebut selain dari semua terhubung di dunia maya diluar dugaan manusia diberi feedback diluar nalar, yaitu apa yang kita buat disistem maya tersebut dapat diconvert menjadi bentuk fisik atau real. Contoh nyata bahwasannya civil society 5.0 sudah berkembang yaitu terdapat mesin printer 3D, dan terakhir kita sebagai manusialah yang akan menentukan untuk terus survive di zaman ini atau mau diam dan tergilas, semua tergantung pada diri sendiri.
Penulis : Sifan Rusdiansyah (Jurusan Teknik Elektro Semester VIII)
Editor : Rara/BU