Bidikutama.com – Bahasa merupakan identitas suatu bangsa dan di Indonesia, Bahasa Indonesia berperan sebagai alat komunikasi sekaligus simbol persatuan yang menyatukan keberagaman budaya serta suku dari Sabang hingga Merauke. Namun, perhatian terhadap penggunaan Bahasa Indonesia baku kini mulai berkurang, terutama di kalangan Gen Z dan Gen Alpha, sehingga menimbulkan kekhawatiran. Jumat (20/12)
Anak muda memiliki peran besar dalam menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia baku. Namun, sebagian besar dari mereka saat ini menganggap Bahasa Indonesia baku tidak keren dan kuno, sehingga lebih memilih menggunakan bahasa gaul, campuran bahasa asing, atau singkatan-singkatan baru yang terkadang terdengar aneh.
Berkurangnya ketertarikan terhadap Bahasa Indonesia baku tidak hanya soal gaya, tetapi juga menunjukkan adanya jarak emosional antara anak muda dan bahasa nasional mereka. Jika dibiarkan, hal ini dapat melemahkan rasa cinta terhadap bahasa sendiri dan mengancam identitas bangsa.
Bahasa Indonesia baku menjadi dasar dalam komunikasi formal, baik di dunia pendidikan maupun pekerjaan, sehingga penggunaannya menjadi standar yang wajib diikuti. Ketidakmampuan anak muda menggunakan bahasa baku dengan baik dapat menghambat mereka meraih kesuksesan di bidang profesional.
Bahasa Indonesia baku juga mencerminkan penghormatan terhadap sejarah dan budaya bangsa. Bahasa ini lahir dari perjuangan panjang para pendiri bangsa yang menyadari pentingnya memiliki bahasa pemersatu.
Penggunaan Bahasa Indonesia baku membantu membangun komunikasi yang jelas dan efektif. Sebaliknya, penggunaan bahasa gaul atau campuran sering kali menimbulkan kesalahpahaman, sedangkan bahasa baku memberikan kerangka komunikasi yang lebih terstruktur.
Anak muda, khususnya Gen Z dan Gen Alpha, dapat mulai peduli terhadap Bahasa Indonesia baku dengan langkah sederhana, seperti menggunakannya dalam situasi formal, termasuk saat presentasi di kelas. Media sosial juga dapat menjadi sarana untuk melatih menulis dengan tata bahasa.
Selain itu, membaca buku, artikel, atau berita, serta mengikuti kegiatan seperti lomba pidato, diskusi bahasa, atau seminar kebahasaan, dapat membantu memperluas kosa kata dan kemampuan menggunakan bahasa baku.
Pemerintah dan lembaga pendidikan juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran ini melalui program-program seperti Hari Bahasa Nasional atau kampanye literasi. Guru dan dosen sebaiknya menjadi teladan dengan menggunakan Bahasa Indonesia baku dalam pengajaran.
Meskipun bahasa akan terus berkembang seiring waktu, penggunaan Bahasa Indonesia baku harus tetap dijaga karena bahasa adalah jati diri bangsa. Menggunakan Bahasa Indonesia baku bukan berarti kaku, melainkan bentuk penghormatan terhadap akar budaya kita.
Mari jadikan Bahasa Indonesia baku sebagai bagian dari kebanggaan nasional dan tunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu menjaga bahasa yang menjadi simbol persatuan. Anak muda, terutama Gen Z dan Gen Alpha, harus memulai dari diri sendiri untuk menggunakan Bahasa Indonesia baku dengan bangga dan mengajak orang lain melakukan hal yang sama.
Penulis : Muhamad Hanif Hilmi Kurniawan/ Mahasiswa Teknik Elektro Untirta
Editor : Anggi/BU