• Kontak
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Sabtu, 23 Januari 2021
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
SUBSCRIBE
BidikUtama.com
25°c
Kota Serang
  • Beranda
  • Berita Mahasiswa
  • Sudah Tahukah?
  • Akademik
    • Opini
  • Inspirasi
    • Sosok
    • Usaha Mahasiswa
  • Jalan-Jalan
  • Beranda
  • Berita Mahasiswa
  • Sudah Tahukah?
  • Akademik
    • Opini
  • Inspirasi
    • Sosok
    • Usaha Mahasiswa
  • Jalan-Jalan
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
BidikUtama.com
BerandaAkademikOpini

Maraknya Kekerasan dalam Dunia Pendidikan Indonesia

olehRedaksi Bidik Utama
3 Apr. 2020
padaOpini
0
Maraknya Kekerasan dalam Dunia Pendidikan Indonesia

Ilustrasi kekerasan. (Foto: lindungianak.com)

171
DILIHAT
Bagikan
IKLAN

Bidikutama.com – Dewasa ini sering kita dengar banyak kasus tindak kekerasan yang terjadi di dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh beberapa oknum guru dan siswa, yang mana hal tersebut bisa mencederai citra pendidikan sendiri. Tindakan kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan bukanlah hal yang kita semua inginkan karena seharusnya dunia pendidikan diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat secara edukatif.

Namun pada kenyataannya saat ini marak sekali kita dengar banyaknya kasus yang terekspos ke media tentang kekerasan dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh oknum guru kepada siswa maupun oleh oknum siswa kepada guru. Di tengah-tengah budaya masyarakat Indonesia saat ini, hukuman yang melibatkan fisik dalam pendidikan di Indonesia dianggap wajar dan tidak menjadi masalah seperti yang sering terjadi dalam sekolah-sekolah kedinasan. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh senior pada para juniornya, dan tak ayal hal itu juga menyebabkan korban jiwa. Kegiatan OSPEK juga sering kali menjadi ajang para senior untuk menunjukan kekuasaannya, ditambah dengan acara bentak-bentakan yang dilakukan kepada para juniornya dengan dalih untuk melatih mental dan menjaga ketertiban selama acara berlangsung. Padahal kekerasan tidak selalu dapat menyelesaikan masalah, justru kekerasan lebih sering menimbulkan masalah baru yang akhirnya menjadi tradisi dari satu angkatan ke angkatan lainnya, dan sering digunakan sebagai ajang balas dendam.

Ada beberapa contoh kasus kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan, seperti yang terjadi pada tahun 2017 di salah satu sekolah yang ada di Kota Rangkasbitung, seorang guru melayangkan penghapus white board kepada salah satu siswanya sambil mengucapkan kata-kata kasar yang seharusnya tidak boleh diucapkan oleh seorang guru, yang mana sosok seorang guru ini adalah sosok yang digugu dan ditiru. Sangat disayangkan ketika hal ini dilakukan oleh seorang guru yang masih berada di lingkungan sekolah tersebut.

Lalu pada tahun 2019 kemarin, terjadi kasus pembunuhan di salah satu SMK di Kota Manado yang dilakukan oleh salah satu siswa terhadap gurunya, dan penyebab pembunuhannya hanya karena siswa tersebut tidak terima ditegur gurunya ketika sedang merokok. Di Jakarta Timur, seorang guru tega memukuli salah satu siswanya yang masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar (SD), hingga menyebabkan memar di bagian mata kanannya. Di Bekasi, seorang guru memukuli sejumlah siswanya hanya karena mereka tidak memakai ikat pinggang.

Kasus di atas hanya merupakan segelintir kecil dari kasus kekerasan yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal itu mungkin saja terjadi karena kekerasan dalam dunia pendidikan memang sudah ada sejak dulu, namun yang membedakan hanya cara melakukan dan publikasinya saja. Ditambah sistem pendidikan di Indonesia yang cenderung hanya mementingkan aspek kognitif atau pengetahuannya saja, tetapi mengabaikan aspek afektifnya, padahal aspek afektif itu tidak kalah pentingnya dengan aspek kognitif.

Siswa dituntut untuk memiliki nilai yang bagus dalam setiap mata pelajarannya dan mayoritas guru yang mengajar di sekolah tidak memedulikan proses yang dilalui siswanya sehingga membuat banyak siswa untuk melakukan segala cara demi mendapatkan nilai yang bagus di setiap mata pelajarannya. Hal inilah yang kemudian memicu banyaknya kasus kekerasan di dalam dunia pendidikan, karena siswa hanya dituntut untuk mendapatkan nilai yang sempurna tanpa diajarkan bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua, serta bagaimana cara menghormati guru dan teman sebayanya. Padahal seperti yang kita tahu bahwa mereka adalah calon-calon penerus bangsa ini.

Penulis: Opy Trisnawati (Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FKIP Untirta angkatan 2019)
Editor: Rara/BU

Tag:#pendidikanberitaBerita Mahasiswagurukekerasankekerasan pendidikanmahasiswaopiniopini mahasiswaSDsekolahSmaSMP
IKLAN

BERITA TERKAIT

Indonesia, Mau Sampai Kapan?

Indonesia, Mau Sampai Kapan?

13 Jan. 2021
116
Mereka Juga Punya Harapan

Mereka Juga Punya Harapan

17 Des. 2020
122
Pos Selanjutnya
Keajaiban Disney Berlanjut di Onward

Keajaiban Disney Berlanjut di Onward

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN

Rekomendasi

Fakta-Mitos Seputar Tidur, Kamu Sudah Tahu?

Fakta-Mitos Seputar Tidur, Kamu Sudah Tahu?

1 bulan yang lalu
112
Himaguseda Selenggarakan Singing Contest

Himaguseda Selenggarakan Singing Contest

6 tahun yang lalu
13

Berita Populer

Rektorat Sebut Awal Perkuliahan Mahasiswa Tak Serentak!

Kategori Penyesuaian UKT Bertambah, Kini Jumlahnya 3

21 Jan. 2021
403
RUU PKS Kembali Masuk Prolegnas Prioritas, BEM FH Merespons

RUU PKS Kembali Masuk Prolegnas Prioritas, BEM FH Merespons

16 Jan. 2021
180
KBM Audiensi dengan Rektorat soal UKT Pagi Ini

KBM Audiensi dengan Rektorat soal UKT Pagi Ini

18 Jan. 2021
172
Sejumlah Mahasiswa Tak Terdata, LPPM Angkat Bicara

Besok, Ribuan Peserta KKM Akan Dilepas

18 Jan. 2021
171
Seluruh Kegiatan Kokurikuler-Ekstrakurikuler di Kampus C Ditiadakan!

Seluruh Kegiatan Kokurikuler-Ekstrakurikuler di Kampus C Ditiadakan!

17 Jan. 2021
160
Ketua LPPM: Jangan Sampai Peserta Terlaporkan Positif Covid-19

Dear Peserta KKM, Jangan Lupakan Larangan-Kewajiban Ini

19 Jan. 2021
155

Komentar Terkini

  • - pada KKM Dilaksanakan Online, Begini Reaksi Mahasiswa
  • - pada KKM Dilaksanakan Online, Begini Reaksi Mahasiswa
  • Tukang gali kuburan pada Mahasiswa Diminta Akses Siakad setelah Batas Akhir Input Nilai
  • Anonymus pada LPPM soal KKM Mandiri: Tak Boleh Kerahkan Massa!
  • Redaksi Bidik Utama pada UAS Dilaksanakan 21-31 Desember, Batas Input Nilai 8 Januari
IKLAN
IKLAN

BidikUtama.com

Redaksi Bidik Utama menerima karya berupa cerpen, opini, dan resensi. Karya disertai identitas pengirim berupa nama dan asal instansi/Universitas. Karya yang telah masuk menjadi milik redaksi. Dikirim melalui email ke redaksi@bidikutama.com

Kategori

  • Akademik
  • Berita Mahasiswa
  • Inspirasi
  • Jalan-Jalan
  • Opini
  • Sosok
  • Suara Kita
  • Sudah Tahukah?
  • Tentang Bidik Utama
  • Usaha Mahasiswa
Kota Serang, Indonesia
Sabtu, 23 Januari, 2021
Humid
25°c
32c24c
Ming
31c24c
Sen
30c24c
Sel
31c24c
Rab
  • Kontak
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

© Bidik Utama 2013-2020. Hak Cipta dilindungi undang-undang. ❤️ by Awan Studio

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Berita Mahasiswa
  • Sudah Tahukah?
  • Akademik
    • Opini
  • Inspirasi
    • Sosok
    • Usaha Mahasiswa
  • Jalan-Jalan

© Bidik Utama 2013-2020. Hak Cipta dilindungi undang-undang. ❤️ by Awan Studio