Bidikutama.com – Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) menjadi perbincangan hangat di lingkungan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Isu akan beralihnya Untirta menjadi PTN-BH, mengancam kesejahteraan mahasiswa.
Selayak yang kita semua tahu, bahwa universitas yang berstatus PTN-BH memiliki kewenangan yang lebih banyak, tetapi di samping itu semua, biaya yang dibebankan kepada mahasiswa pun berpotensi lebih banyak dari sebelumnya. Pada saat Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tahun 2022, sekitar 50 Calon Mahasiswa Baru (Camaba) mengundurkan diri karena tidak sanggup membayar uang pangkal atau Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang jumlahnya dua kali lipat dari tahun 2021 dengan kebijakan pembayaran yang tidak bisa dicicil.
Kembali lagi terjadi pada tahun ini. Seleksi ujian mandiri belum dilaksanakan di Untirta, namun sudah ada 3 Camaba Fakultas Kedokteran (FK) Untirta yang bergabung melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) terpaksa mengundurkan diri karena terkendala pada Uang Kuliah Tunggal (UKT). Mau berapa banyak calon mahasiswa lagi yang terpaksa mundur dari Untirta karena biaya? Kendati pembangunan, fasilitas-fasilitas yang ada di Kampus Untirta masih begitu-begitu saja. Diperbaiki setelah mendapatkan banyak kritik dari mahasiswa.
Belum lagi, ketika sudah berstatus PTN-BH, Untirta akan menghapus UKT Golongan I & II. Akan berapa banyak mahasiswa yang terbebani lagi? Banyak mahasiswa yang tidak lolos beasiswa pemerintah (KIP-K) dan mengharapkan bisa terus kuliah dengan biaya yang paling rendah. Ketika UKT Golongan I & II, berapa besar kemungkinan mahasiswa akan putus kuliah?
Sayang, implementasi mencerdaskan kehidupan bangsa tak terlaksana dengan baik dan layak. Padahal, pajak terus dibayar oleh rakyat sebagai salah satu bentuk dukungan masyarakat terhadap pendidikan di Indonesia dan juga kewajiban. Semakin banyak hadir beasiswa untuk mahasiswa, namun semakin banyak juga beasiswa yang tidak tepat sasaran, menyebabkan mahasiswa yang betul-betul membutuhkan beasiswa tersebut harus ikhlas merelakan. Di bulan yang masih harum Hari Pendidikan ini, bukan semakin mendapatkan pujian karena mencerdaskan, nyatanya semakin banyak mendapatkan kritikan pada kebijakan yang kurang bijak.
Penulis : Aya/BU
Editor : Uswa/BU