Bidikutama.com – Tak bisa dipungkiri, Slank hadir karena mereka memiliki kodrat yang melekat. Rebel atau pemberontak. Baik terhadap industri musik maupun isu sosial politik baik saat itu hingga sekarang.
Dulu, yang bertepatan dibawah kepemimpininan orde baru, segalanya serba teratur. Bagai peraturan sekolah, seperti memakai seragam rapih, bertutur sopan, selalu mengerjakan PR, hingga selalu patuh apa kata guru, tanpa ada protes sedikit pun.
Lalu lahirlah Slank. Ibarat siswa yang slengean, berpakaian sesukanya, bertutur apa adanya namun kritis bila haknya diganggu. Setelan rambut gondrong, penggunaan lirik yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan sopan, serta galak atas isu-isu sosial saat itu.
Coba saja dengarkan “Lagu Kampungan” (1992), atau bila ada waktu juga dengarkan album “Mata Hati Reformasi” (1998). Itu semua cukup membuktikan bahwa Slank menjadi tipe siswa slengean yang saya sebutkan diatas. Namun sang siswa rebel tadi seolah berubah seiring usianya semakin dewasa.
Baru-baru ini Slank merilis lagu “Polisi yang Baik Hati”, bertepatan dengan ulang tahun Korps Bhayangkara. Ditengah isu menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap polisi, mengingat munculnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oknum kepolisian. Dari mulai tragedi Kanjuruhan Malang, kasus pembunuhan anggota yang melibatkan jenderal, hingga isu-isu negatif lainnya hingga menyebabkan terbitlah suatu campaign #percumalaporpolisi sebagai bentuk kekecewaan masyarakat di media sosial.
Sang siswa rebel tadi seolah berubah menjadi siswa OSIS yang menjadi kesayangan para guru. Tak ada lagi kelakuan nakalnya yang membuat guru geleng-geleng kepala, tak ada lagi kelakuan konyolnya yang membuat teman-temannya tertawa bahkan jengkel. Apa mungkin Slank berubah akibat pendewasaan? atau mungkin di usia dewasa “kenakalan” sudah tidak begitu menyenangkan? Entahlah.
Yang pasti, Slank selalu muncul dengan ke-rebelannya. Hadir sebagai petanding dalam situasi apa pun. Meski kini mereka menjadi petanding untuk sang “petanding” lainnya. Terlepas dari itu, saya tetap bangga menjadi Slankers, meski mungkin sekarang beda cara menjadi slengeannya.
Penulis : Alif Bintang/BU
Editor : Gayatri/BU