Bidikutama.com – Aliansi mahasiswa dari berbagai universitas di Banten telah menggelar aksi besar-besaran untuk memperingati 24 tahun berdirinya Provinsi Banten pada Jumat (4/10). Aksi tersebut bertema “Ramah, Rempah Abis Sudah Sengsara di Tanah Jawara” dan berfokus pada isu-isu sosial serta lingkungan yang masih membayangi kesejahteraan masyarakat Banten. Sabtu (5/10)
Aksi yang digelar oleh mahasiswa tersebut menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi Provinsi Banten yang dinilai belum mengalami kemajuan signifikan, meskipun telah lebih dari dua dekade berdiri sebagai provinsi mandiri.
Gymnastiar, Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang menjadi salah satu penggerak aksi ini, menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan bentuk evaluasi tahunan terhadap kinerja pemerintah daerah.
“Setiap tahun, pada ulang tahun Provinsi Banten, kami selalu menggelar aksi untuk mengevaluasi kinerja pemerintah. Tahun ini, kami membawa isu-isu yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, seperti pengangguran, putus sekolah, stunting, dan polusi udara. Masalah ini sudah berlarut-larut dan belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah,” jelas Gymnastiar .
Selain masalah sosial dan lingkungan, mahasiswa juga menyoroti pentingnya netralitas ASN dan aparat penegak hukum dalam menghadapi Pilkada mendatang. Gymnastiar menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir terdapat kekhawatiran mengenai intervensi politik dalam proses demokrasi.
“Kami mengingatkan para ASN dan aparat penegak hukum agar tetap netral dalam Pilkada. Pilkada yang jujur dan adil adalah harapan kami agar ke depan, Provinsi Banten bisa dipimpin oleh pemimpin yang benar-benar peduli pada rakyatnya,” tambahnya.
Ahmad Nawawi, Ketua BEM Insan Pembangunan, menyoroti dampak negatif dari proyek pembangunan besar yang sedang berlangsung di Kabupaten Tangerang, seperti proyek PIK2. Menurutnya, proyek tersebut tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga menimbulkan berbagai masalah sosial bagi warga lokal.
“Proyek PIK2 menyebabkan banyak masalah, dari pembebasan lahan yang tidak adil hingga pelanggaran aturan truk tanah yang beroperasi tanpa mematuhi waktu yang ditentukan. Truk-truk ini beroperasi siang dan malam, menyebabkan kemacet dan sering terlibat kecelakaan,” ujar Nawawi.
Aditia Faizul Adha, Presma Poltekkes ‘Asyiyah Banten, menyoroti masalah kesehatan yang masih menjadi tantangan besar bagi masyarakat Banten, khususnya masalah stunting. Ia juga menekankan pentingnya intervensi pemerintah untuk menyediakan akses gizi yang memadai serta pendidikan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat di daerah pedesaan dan daerah tertinggal.
“Stunging dibanten itu nembus 24,6% dan Secara nasional, target pemerintah untuk menurunkan angka stunting pada tahun 2024 adalah hingga 14%. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah masa depan generasi penerus. Kami berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih dan solusi yang konkret untuk mengatasi masalah ini,” ujar Aditia.
Reporter : Adam, Hasna/BU
Penulis : Nadila/BU
Editor: Anggi/BU