Bidikutama.com – Terkait banyaknya keluhan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) perihal bentroknya jadwal perkuliahan sejumlah jurusan hingga molornya estimasi waktu renovasi gedung Kampus C Untirta, Dekanat FKIP melalui Wakil Dekan (WD) II Bidang Umum dan Keuangan, Heni Pujiastuti, pun angkat bicara. (14/2)
“Kemarin di awal bentrok itu karena adanya miskomunikasi jadwal, kalau kita itu regulasinya setiap semester itu jauh-jauh hari sebelum semester dimulai rapat persiapan jadwal, segala macam. Rapat sudah dilakukan dengan para kajur semua, nah kebetulan kemarin itu kajur-nya pergantian sehingga mungkin antar kajur ada miskomunikasi,” jelasnya saat ditemui Tim Bidik Utama di ruangannya, Kamis (13/2).
Heni juga menyinggung soal penyediaan kursi di tiap ruangan. Ia menilai bahwa kursi yang disediakan sudah cukup untuk semua kelas. “Kita tidak tahu bahwa jadwal akan bentrok karena kita kan berpikir positif bahwa 16 kelas itu akan ada kursi, tapi sampai hari terakhir yang 8 kelasnya belum dikasih kursi dari rektorat. Sementara jadwal itu sudah kita buat dari jauh-jauh hari, karena kiranya semua kelas akan diberi kursi semua,” lanjut Heni.
Lebih lanjut, Ia menyebut bahwa persoalan renovasi merupakan tanggung jawab murni dari pihak rektorat. Kendati demikian, dirinya mengaku tetap memantau perkembangan renovasi.
“Renovasi itu sebenarnya tanggung jawab rektorat, kalau janjinya ke kami, bahkan sebelum masuk itu, seminggu sebelum masuk harusnya sudah jadi. Tapi dengan kontraknya sendiri gimana itu dengan pejabat lama. Deal-nya seminggu sebelum masuk jadi, tapi sampai sekarang, ibu terus pantau pengembangnya, ke pihak BULP-nya, Pak WR II-nya. Kita mengupayakan untuk terus pantau ke pihak ketiga, karena kalau dipaksakan juga kan tidak memungkinkan. Kami selalu kontek-kontekan dengan pengembangnya,” ungkapnya.
Terkait pemindahan barang tanpa informasi yang berujung pada bercecerannya barang, Heni mengaku menyesali tindakan tersebut. Namun Ia menyebut bahwa tindakan tersebut sebaiknya dikonfirmasikan kepada WD II sebelumnya.
“Kalau itu harusnya konfirmasi ke Wakil Dekan (WD II) sebelumnya, karena saya baru di sini. Sementara saat saya di sini, itu sudah direnovasi, terkait apakah itu ada perintah atau tidak, saya kurang tahu, mestinya sih ada konfirmasi, ada komunikasi ke kajur untuk meminimalisir kerusakan barang-barang yang ada di tempat renovasi,”imbuhnya.
Di akhir wawancara, Heni pun berpesan supaya mahasiswa dapat mendukung seluruh pembangunan maupun renovasi yang sedang berjalan. “Manfaatkan (fasilitas) yang ada sebaik mungkin, kemudian kita saling berbaik sangka bahwa proses pembangunan kan artinya ada proses perbaikan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang jelek menjadi bagus, artinya di sana ada upaya bersama supaya menghadirkan sesuatu yang lebih baik lagi. Kalo misalnya ada ketidaknyamanan karena adanya proses untuk menjadi lebih baik, ya harap maklum saja. Jadi saling membangun, mendukung, dan menguatkan,” tuturnya.
Sementara itu, mahasiswi Pendidikan Seni Pertunjukan, Ajeng Aini Qalbina, dengan kecewa menuturkan bahwa tidak ada informasi sama sekali mengenai renovasi kelas, sehingga banyak barang-barang yang rusak dan berceceran. “Dari jurusan kebetulan aku gak dapet informasi tentang renovasi kelas, aku dapet info dari Pak Mamat selaku yang mantau ruangan daerah situ,” katanya.
“Harapan saya, komunikasi itu penting, kalau misalnya ada hal kaya gini lebih baik komunikasi dulu, biar enak mahasiswa dan dosen yang lain. Semoga (renovasi) cepet selesai, alat musik, dan barang lainnya tidak berceceran, kembali seperti semula,” harap mahasiswi yang sekaligus merupakan Ketua Umum (Ketum) Himpunan Mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan (Hima Seni) itu.
Reporter: Caca, Ratu/BU
Penulis: Aira, Amanda, Rosmi/BU
Editor: Rara/BU