Bidikutama.com – Sobat Bidik pernah bertengkar dengan sahabat atau pasangan? Atau pernah sampai di cut off? Ketika Sobat Bidik memulai sebuah hubungan, kebanyakan dari kamu pasti berpikir bagaimana caranya supaya tidak terjadi sebuah konflik dalam suatu hubungan. Padahal, konflik dalam hubungan itu dibutuhkan, loh! (28/10)
Konflik dalam suatu hubungan terjadi karena adanya keinginan yang enggak sama, artinya kamu sama pasanganmu punya tujuan yang berbeda. Misalnya, kamu mau pergi jalan-jalan ke toko buku, sedangkan pasanganmu ingin pergi ke tempat makan. Di sini konflik mulai timbul, ada rasa enggak nyaman yang kamu rasakan dan sikap yang terlihat nggak enak dari pasanganmu. Karena kamu dan pasanganmu tegak pendirian, akhirnya terjadi sebuah perdebatan mempertahankan keinginan masing-masing.
Dalam situasi ini ketegangan pasti terjadi, tapi bukan berarti kamu dan pasanganmu gagal menghabiskan waktu bersama. Kamu bisa memulai negosiasi dengan menjelaskan alasan mengapa kamu ingin pergi ke toko buku, juga menawarkan solusi yaitu mencari tempat makan yang ada di dekat toko buku ataupun sebaliknya. Jadi, kalian bisa sama-sama pergi ke tempat yang diinginkan bersama. Setelah konflik ini reda, ada beberapa manfaat yang kamu sadari.
- Konflik harus diselesaikan bukan dihindari.
Kalau kamu melakukan hal sebaliknya, yaitu menghindari konflik dengan cara hanya mengikuti keinginan pasanganmu, maka kamu nggak merasa bahagia seutuhnya karena ada hal yang masih mengganjal. Ataupun kalau kamu pergi ke toko buku sendirian, maka kemungkinan besar pasanganmu merasa tidak dihargai yang nantinya akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Dengan melakukan negosiasi dalam suatu hubungan akan membantu kamu menemukan win-win solution. - Membuat hidupmu lebih berwarna.
Ketika kamu berjanji pada pasanganmu untuk berhenti merokok, tetapi di hari selanjutnya kamu tertangkap basah sedang asik nongkrong dan merokok bareng circle,-mu, maka akan ada cekcok besar antara kamu dan pasanganmu. Emosi yang diluapkan oleh pasanganmu adalah bentuk perasaan kecewa atas janji yang sudah kamu ucapkan, maka yang harus kamu lakukan adalah menanggapinya, bukan berkata “Yaelah, cuma satu batang doang.”. Bayangkan kalau pasanganmu hanya diam dan tidak berbicara apapun tentang apa yang ia rasakan? Lagi pula, enggak enak rasanya kalau hidup lurus-lurus aja. - Bisa kenali diri sendiri lebih dalam
Dari sebuah konflik, kamu akan mencoba mempertahankan argumenmu, dari situ kamu akan mencoba mengenali keinginanmu lebih dalam lagi. Terutama tentang hal-hal yang mendasari argumenmu dan kamu akan terus mencoba menjelaskan perasaan serta keinginanmu ke pasanganmu. Secara enggak sadar, lambat laun kamu akan paham apa yang sebenarnya kamu inginkan dan harapkan dari suatu hubungan. - Melatih problem solving
Kalau kamu ikut organisasi di sekolah ataupun di kampus, pasti kamu akan diimingi bisa mendapatkan keahlian memecahkan masalah. Selain itu, biasanya kamu dapat materi-materi, nggak jarang juga cuma dapat teori aja, tapi enggak dipraktekin. Tapi, ketika kamu memiliki sebuah konflik, mau nggak mau kamu harus selesaikan konflik yang kamu punya supaya bisa lebih tenang. Ketika kamu berpikir bagaimana cara menyelesaikan konflik yang ada, secara enggak sadar kamu akan mencari akar masalahnya supaya hal yang sama nggak terulang ke depannya. - Hiburan
Bukan enggak mungkin kalau konflik juga bisa menjadi hiburan. Sama halnya ketika kamu lagi naksir seseorang dan kamu enggak tau cara deketinnya gimana, hal yang biasanya terjadi adalah gangguin gebetan. Kalau gebetan kamu lagi kerjain tugas, terus tiba-tiba pulpennya kamu sembunyikan, kan otomatis si doi bakal nanya-nanya, akhirnya bisa deh punya topik buat ngobrol sama doi besok.
Selain karena perbedaan keinginan, konflik juga bisa terjadi karena adanya pelanggaran harapan. Dalam komunikasi, ada suatu teori bernama pelanggaran harapan, maknanya adalah ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, maka kita akan cenderung memiliki ekspektasi tertentu kepada orang lain. Sehingga, jika orang tersebut nggak sesuai dengan ekspektasi kita maka akan timbul rasa kecewa. Kalau kamu lagi naksir sama kakak tingkat di kampus, kamu berekspektasi doi juga bakal suka balik sama kamu setelah kamu mencoba beberapa cara supaya lebih dekat, tapi besok sore tiba-tiba kamu lihat doi udah pulang sama cewek lain. Kamu pasti akan merasa kecewa dan galau, di sini konflik dengan diri sendiri akan terjadi.
Konflik memang punya manfaat, tapi jangan mentang-mentang konflik punya beberapa manfaat, habis ini kamu malah sering-sering bikin konflik sama pasanganmu atau gampang berekspektasi sama orang lain. Melainkan, kalau kamu ngerasain hal-hal yang mengganjal kalau lagi sama doi, jangan ditahan dan dibuat konflik, tapi diungkapkan.
Tapi, kira-kira gimana sih kriteria konflik yang bermanfaat? Mengutip dari buku Komunikasi Antarpribadi karangan Dr. Supratiknya (1995), konflik yang konstruktif haruslah memiliki beberapa sifat ini, setelah konflik itu diselesaikan.
Pertama, setelah konflik selesai, hubungan antara kamu dan pasanganmu jadi lebih erat dan komunikatif dibanding sebelumnya. Kedua, kepercayaan yang terbangun antara kamu dan pasanganmu semakin besar ketika konflik selesai dan saling memahami. Ketiga, permasalahan yang membuatmu kesal terluapkan dengan sempurna sesaat terjadinya konflik, sehingga saat konflik berhasil diselesaikan tidak ada lagi perasaan yang mengganjal. Terakhir, kamu dan pasanganmu bisa meminimalisir perdebatan hebat untuk masalah yang sama ke depannya ataupun konflik-konflik yang lainnya sehingga hubunganmu semakin luwes dan nggak lagi kesulitan dalam memahami situasi saat konflik terjadi.
Jadi, kalau Sobat bidik lagi berkonflik dengan pasangan, teman ataupun orang tua, jangan dihindari ya. Karena konflik bukan sumber gagalnya kamu dalam membangun sebuah hubungan, tapi yang membuat gagal dalam membangun sebuah hubungan adalah ketika kamu membiarkan perasaan-perasaanmu yang mengganjal dan memilih untuk langsung menyelesaikan hubungannya daripada mencoba menyelesaikan konfliknya terlebih dahulu.
Penulis : Aya/BU
Editor : Uswa/BU