Bidikutama.com – Dalam rangka solidaritas atas konflik agraria yang terjadi di Indonesia Front Aksi Mahasiswa Untirta (FAM Untirta) menyelenggarakan saksi solidaritas di dalam kampus Untirta. Aksi ini dilaksanakan kamis (24/11) pukul 13.00 WIB hingga pukul 14.40 WIB.
Aksi bertemakan ”Negara Agraris yang Darurat Konflik Agraria” bentuk dari FAM dan seluruh Mahasiswa Untirta atas terjadinya penindasan terhadap kaum tani, nelayan, dan lain lain yang mengatas namakan pembangunan nasional.
“Sasaran dari aksi ini adalah seluruh Mahasiswa Untirta dan juga masyarakat secara lebih luas. Dan kami berharap Jokowi-Jk dapat mendengar aspirasi kami untuk bisa bangkit, gerakan mahasiswa ini terkait konflik agraria yang kita nilai di Indonesia sekarang sedang darurat agraria.” Ujar Yoga Mulya Darmawan, Anggota FAM Untirta.
Yoga juga mengakatan bahwa mungkin ada sisi positif untuk segelintir kaum elit dari dilaksanakannya pembangunan nasional, tetapi untuk kaum tani, nelayan, dan kaum miskin kota dan juga bagi masyarakat desa pembangunan hari ini tidak menghasilkan dampak positif bagi mereka melainkan dampak negatif bagi mereka dan ini adalah pencabutan hak penghidupan kaum petani dan nelayan.
“Harapannya mereka (kaum petani) melihat dan mereka tau bahwa di seluruh Indonesia terjadi aksi solidaritas yang mengangkat isu tentang kondisi mereka hari ini. Kita harap mereka sadar bahwa mereka tidak sendiri, banyak elemen mahasiswa dan masyarakat yang mendukung mereka untuk mempertahankan hak-haknya.” Tutup Yoga.
“Aksi seperti ini bagus, karena ini merupakan bentuk solidaritas dan bentuk kepedulian mahasiswa di tengah semakin tergerusnya tanah yang merugikan petani. Dan sebetulnya pembangunan itu bagus, tetapi dilihat dulu pembangunannya seperti apa. Jangan sampai merebut hak rakyat.” Ucap Pandu Pangestu, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Untirta yang menyampaikan mendapatnya mengenai aksi ini.
“Tapi kalau cuma pergerakan di sini itu kurang efektif karena siapa yang mau mendengar? Alangkah lebih bijaknya yuk mari bersama-sama bantu dalam tindakan yang nyata entah kita berangkat ke sana atau entah bagaimana caranya. Kalau cuma orasi di sini, ya kita cuma bentuk peduli doang tanpa ada bentuk nyatanya mungkin menurut saya seperti itu.” Tutup Pandu.
Reporter: Kafhi (Magang), Resti
Editor: Aya Sridayanti