Bidikutama.com – Kabar meninggalnya salah satu mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Fadli Abdinursyahri Sudrajat, usai mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Penjelajah Alam Untirta (Mapalaut) menyita perhatian publik. Pihak UKM Mapalaut pun memberikan penjelasannya. (4/3)
Dalam keterangan tertulisnya, Ketua Umum (Ketum) UKM Mapalaut, Muhammad Ariansyah Saputra, menyatakan bahwa lama kegiatan diksar adalah 12 hari.
“1 hari karantina di Kampus, 4 hari materi kelas/tahap basic di Cihunjuran, 1 hari medan oprasi sebrang basah di Cibanten, 1 hari camp di Kp. Kelapa, Ds. Cisitu,” tulisnya.
“1 tracking dari Kp. Kelapa – camp DIKSAR, 3 hari pengaplikasian materi kelas/basic, 1 hari penutupan, adapun peserta yang ikut dalam kegiatan ini sebanyak 11 peserta, 7 laki-laki dan 4 perempuan,” lanjut Ariansyah.
Kemudian, di hari diksar ke-10, kata Ariansyah, almarhum Fadli mengeluhkan lecet pada selangkangan dan telapak kaki.
“Penanganan yang dilakukan panitia adalah dengan membersihkan dan mengobati luka yang ada dibagian selangkangan dan telapak kakinya menggunakan etanol dan salep,” ungkapnya.
Ariansyah menuturkan, betis almarhum Fadli juga mengalami pembengkakan. Melihat hal itu, panitia mengurut dan menempelkan koyok pada betis yang bengkak.
“Dihari terakhir penutupan DIKSAR beliau susah untuk berdiri dan berjalan dikarenakan luka dan bengkak yang dialami,” imbuhnya.
“Ketika turun dari camp survival ke lokasi penutupan DIKSAR pun almarhum digendong oleh saudara Iip Hidayat untuk menuju ke lokasi penutupan dan penyematan, jarak yang ditempuh berkisar 15 menit,” tambah Ariansyah.
Ketika dilakukan upacara penyematan pun, ucap Ariansyah, almarhum Fadli masih mengikuti dengan kondisi yang baik.
Ia menjelaskan, setelah upacara penyematan dan pelantikan, semua anggota melakukan perjalanan lagi menuju Kampung Kelapa.
“Dikarenakan saudara Fadli masih semangat untuk berjalan beliau masih bisa berjalan walaupun pelan dan cerrier beliau dibawa oleh panitia,” pungkas dia.
Lantaran perjalanan almarhum Fadli memakan waktu yang lama, kata Ariansyah, panitia memutuskan untuk menandu almarhum.
“Ditandu oleh anggota MAPALAUT serta dibantu oleh warga sekitar kemudian pada Senin pagi almarhum dibawa ke Kampus untuk dilakukan recovery, namun dari almarhum meminta pulang saja ke Indokosnya,” lanjutnya.
Selang beberapa waktu, imbuhnya, panitia mendapatkan informasi dari teman indekos almarhum Fadli, bahwa almarhum mengalami halusinasi.
“Panitia langsung menjeput almarhum untuk dilarikan ke Klinik Kampus. Dari pihak Kampus memberikan rujukan ke Rumah Sakit,” tutur Ariansyah.
Namun, saat di perjalanan, kata dia, almarhum Fadli menghembuskan nafas terakhirnya. Ketika sampai di instalasi gawat darurat (IGD), dokter memberitahu bahwasannya Fadli telah wafat.
“Kami secara organisasi menerbitkan press release ini sebagai informasi resmi yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, pihak keluarga pun sudah menerima kepergian almarhum dan mengikhlaskan kepergian Almarhum,” tutup Ariansyah.
Penulis : Babay/BU
Editor : Thoby/BU
Banyak poin2 yang tidak sinkron (berseberangan) dengan penjelasan/klarifikasi teman kost2an almarhum. Kalau dari masa diksar saja (yg versi penyelenggara mapala ketika baru 10 hari) sudah hampir tidak bisa jalan hingga di gendong oleh rekan disana, kenapa tidak ditindaklanjuti ketika disana? Kenapa sampai malah teman sekostan almarhum yg menghubungi panitia atas kondisi lanjutannya yg jelas2 sangat mengkhawatirkan. Harusnya walaupun dia kekeuh ingin dipulangkan ke kostannya, pihak mapala yg tahu persis kondisi anak ini sedari masih diksar disana harusnya jgn membolehkan lah. Setidaknya Ada monitoring, jangan begitu saja percaya anak dgn kondisi separah ini malah dikostan. Anak usia Mahasiswa baru seperti almarhum ananda Fadli ini belum terlalu matang mental dan psikisnya. Bisa saja anak ini masih enggan dan malu2 (tidak mau merepotkan) para senior2nya dimapala, dan pihak mapala juga yang menurut saya dari penjelasan versi ini yg kurang memperhatikan dia. Jatuhnya anak ini tuh sangat segan walaupun dia tahu kondisi nya sangat lagi kenapa-kenapa dan mengkhawatirkan. Ditambah mungkin disana almarhum kurang diberi keleluasaan dan ada jarak yg sangat mencolok antata junior dan senior. Kita sama2 tahu lah, hal tabu yg sejak dulu lumrah terjadi diorganisasi manapun ternyata masih terbawa sampai ke ukm univ. walaupun melihat kegigihan almarhum yg masih luar biasa pdhal beliau sekarat parah, harusnya lebih perhatian lagi sama peserta. Jujur saya masih sangat tidak puas dengan penjelasan versi dari pihak yg bertanggungjwb penuh selama proses diksar disana. Kenapa disni tidak membahas perihal pengakuan teman korban yang memberi klarifikasi bahwa almarhum digampar sampai 20x? Kalau memang hal ini tdak benar, kenapa pihak panitia tidak menyanggahnya? Apa yang almarhum katakan pada teman kosannya itu dianggap sebagai halusinasi? Ada konspirasi apa ini? Mungkin itu sajaa. Terimakasih. Salam mahasiswa semester atas:)
Nunggu komentar2 senior nih, kok pada gak ada suaranya? Katanya solidaritas, katanya hidup mahasiswa, katanya berani membela kebenaran, kok bungkam. Apa kalian takut kebongkar juga sama apa yg kalian lakuin pas diklat?:)