Bidikutama.com – Seluruh Pemilihan Pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) dilakukan dengan cara aklamasi. Terkait hal ini, Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) Faperta angkat bicara. (11/12)
Saat ditemui Tim Bidik Utama, Ketua KPUM Faperta, Azhar Syadza menjelaskan bahwa hanya adanya satu pasangan calon (paslon) yang mendaftar di tiap ormawa menjadi faktor mengapa akhirnya aklamasi.
“Kalau untuk aklamasi sih karena kebetulan sampai hari terakhir pendaftaran pun yang mendaftar untuk paslon dari BEM dan HMJ hanya satu, jadi aklamasi,” ucap mahasiswa Perikanan 2017 itu.
Kemudian terkait dengan diperbolehkan atau tidaknya Calon Pimpinan Ormawa Faperta melakukan aklamasi, ternyata hal tersebut sudah diatur di Peraturan Fakultas (Perfak) Bab VI Pasal 15 yang bertuliskan ‘Jika sampai hari terakhir pendaftaran hanya terdapat satu paslon, maka paslon akan dijadikan calon tunggal’.
Saat ditanya apakah dengan aklamasinya seluruh Pemilihan Pimpinan Ormawa Faperta dapat dikatakan bahwa tingkat demokrasi di Faperta menurun, Azhar menegaskan bahwa aklamasi bukanlah sebuah indikator untuk menentukan apakah tingkat demokrasi itu naik atau turun.
“Aklamasi bukan tolak ukur demokrasi di Fakultas Pertanian menurun atau tidak, karena demokrasi tertinggi itu adalah musyawarah,” katanya dengan penuh ketegasan.
Kendati demikian, nantinya pada tanggal pencoblosan, yakni tanggal 18 Desember 2019, mahasiswa Faperta tetap dapat menggunakan hak suaranya dengan memilih paslon presiden mahasiswa (presma) dan wakil presiden mahasiswa (wapresma). “Tetep ada (pencoblosan), cuma untuk pencoblosannya paling hanya untuk calon presma,” tutup Azhar.
Wapresma 2019, Anwar Baihaki, yang juga merupakan salah satu mahasiswa Faperta pun menyikapi aklamasinya seluruh Pemilihan Pimpinan Ormawa Faperta. Katanya, hal tersebut bisa dilihat dari dua sisi, yakni sisi positif dan sisi negatif.
“Sebenernya ada dua sisi, ada sisi kelebihan dan kekurangannya. Kekurangannya ialah mental juara, mental menang, (dan) mental bertarungnya belum teruji, karena di tataran fakultas hanya aklamasi,” ujarnya.
“Tapi positifnya, bahwasannya hari ini Faperta mampu melaksanakan musyawarah demokrasi yang terpimpin, berarti mereka percaya bahwa berangkat dari angkatan sendiri, dimusyawarahkan di ruang lingkup yang besar, dan akhirnya hanya ada satu paslon,” tambah Baihaki.
Sementara itu, salah satu mahasiswa Faperta, Dianisha Syahputri turut memberikan tanggapannya. Menurutnya Pemilihan Pimpinan Ormawa Faperta kali ini membatasi hak para mahasiswa untuk memilih.
Ia pun berharap untuk Pemilihan Pimpinan Ormawa Faperta, baik itu pada tingkatan fakultas maupun jurusan, di tahun berikutnya adalah diramaikan oleh beberapa paslon terbaik, agar mahasiswa Faperta dapat menggunakan hak suaranya.
Reporter: Rai, Ratu/BU
Penulis: Bladys, Elza/BU
Editor: Thoby/BU