Bidikutama.com – Kasus dugaan kekerasan seksual di lingkungan kampus terus berulang. Kali ini sebanyak 10 mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi (Ikom) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) diduga alami pelecehan seksual via direct message (DM) Instagram (IG). (26/9)
Kabar tersebut diperoleh Tim Bidik Utama dari salah satu unggahan akun IG milik Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) Untirta, @himakomuntirta, Jumat (24/9).
“Kasus pelecehan seksual via DM Instagram menimpa mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kasus ini dialami oleh kurang lebih 10 korban mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sang pelaku mengirimkan pesan ke DM Instagram dengan berbau vulgar,” tulisnya.
Dalam unggahan yang sama, dijelaskan pula kronologi dugaan kejadian pelecehan seksual via DM tersebut. DIsitu juga disebutkan akun milik pelaku yang dipakai untuk melakukan pelecehan seksual.
“Sekitar 1 minggu yang lalu (terhitung sejak 24 September), seseorang dengan menggunakan akun Instagram dengan nama @ezaanputra memfollow akun Instagram mahasiswi Ilmu Komunikasi Untirta.
Tanpa ada kecurigaan, sang korban membiarkan hal tersebut,” tulisnya.
Tak lama kemudian, tulis akun tersebut, pelaku pun memulai percakapan via DM IG dengan mengajak korban berkenalan.
“Awalnya, percakapan terlihat biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, tiba-tiba sang pelaku mengirim pesan dengan unsur pelecehan verbal,” terang unggahan.
Setelahnya, korban pun mencari informasi terkait pelaku kepada teman-temannya. Ketika ditanyakan, teman korban yang ia tanyakan juga merupakan salah satu korban pelecehan via DM.
“Tidak disangka, temannya juga merupakan salah satu korban pelecehan tersebut dan tidak hanya 2 orang bahkan tercatat sekitar 10 orang mahasiswi yang dikirimi pesan berisikan hal yang tidak senonoh dari si pelaku (@ezaanputra),” tulis narasi dalam unggahan tersebut.
Dengan ini, pihak Himakom Untirta pun meminta kepada siapapun yang mengetahui informasi tentang pelaku agar segera menghubungi mereka.
“Bagi yang menemukan akun Instagram ini (milik pelaku) harap di-report dan segera diblokir dan bagi yang merasa mengenal akun ini atau mengenal pemilik akun ini, harap laporkan ke kami (Himakom Untirta) agar dapat ditindak lanjuti,” akhirnya.
Salah satu korban yang enggan disebutkan namanya, mengaku bahwa ia tidak mengenal pelaku sebelumnya.
“(Saya) tidak kenal sama sekali dengan pelakunya,” ungkapnya.
Ia pun memilih tidak memperpanjang masalah ini karena trauma atas kejadian tersebut dan mempercayakan kasus ini kepada Himakom.
“Saya sendiri akan menyudahi kasusnya saja karena ada trauma tersendiri kalau mengingat kembali (kejadiannya). Saya memilih melapor ke Himakom terlebih dahulu (karena) Himakom juga merupakan rumah bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi,” tuturnya.
Kepala Departemen Advokaji Himakom Untirta, Andi Muhammad Reza, pun menerangkan hingga saat ini pihaknya belum dapat memastikan pelaku merupakan mahasiswa Untirta atau bukan.
“Kita (Himakom) mendapatkan laporan bahwa korbannya mahasiswa Ikom angkatan 21 dan 19. Kalau dari pihak kita sementara menduga (bahwa pelaku) mahasiswa Untirta. Hanya saja kita masih belum tahu pasti,” terang Andi.
Andi berujar, saat ini masih Himakom Untirta yang akan menangani kasus. Namun, jika sudah ada kemajuan terkait pencarian pelaku dan korban lainnya, Himakom Untirta akan mencoba menggaet pihak lain untuk tindakan lebih lanjut.
“Kita akan selalu melakukan pendampingan kepada para korban, dan tentunya juga mencoba untuk mencari si pelaku ini agar bisa memberikan klarifikasinya,” ujarnya.
Dirinya juga menambahkan bahwa Himakom akan aktif untuk mengkampanyekan isu-isu seputar pelecehan seksual.
“(Hal ini sekaligus) dalam rangka pencerdasan massa untuk mengusahakan lingkungan yang bebas dan bersih dari kasus-kasus pelecehan seksual seperti ini,” tambahnya.
Reporter : Audi/BU
Penulis : Hafidzha/BU
Editor : Rara/BU
Kalo dapet foto sipelaku minimal foto profile bisa di selidiki lewat medsos fb, twitter dll.. krna fb skrg ada fitur pendeteksi wajah jadi smoga aja ada informasi data lengkap si pelaku.
harus nya tidak boleh terjadi di institusi pendidikan