Bidikutama.com – Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) telah menggelar dialog terbuka bersama dekanat, pada Kamis (7/7). Ada 6 permasalahan yang diangkat pada dialog terbuka tersebut.
Hal itu disebutkan oleh Haidar Falih Hayah, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKIP.
6 permasalah yang diangkat tersebut antara lain:
1. Adanya pungutan liar (pungli) yang merugikan mahasiswa.
2. Adanya pembatasan jam malam kampus.
3. Tidak adanya kejelasan transparansi serta progres pembangunan gedung belakang.
4. Tidak adanya Panduan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sebagai upaya menjawab surat edaran pergelaran PTM semester depan.
5. Belum adanya perbaikan sarana prasarana (sarpras) yang menunjang pembelajaran.
6. Kurangnya aksesibilitas kampus terhadap Mahasiswa disabilitas.
Lebih lanjut, Haidar menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi hasil diskusi. Salah satunya pembuatan Surat Keputusan (SK) untuk menolak pungli dan pencabutan kebijakan jam malam di FKIP.
“Akan adanya SK yang dikeluarkan oleh dekanat yang menolak adanya pungli di lingkungan fakultas serta siap menindaklanjuti jika hal itu terulang.
Akan dilayangkannya surat rekomendasi atas pencabutan Surat Edaran (SE) dari Rektor serta pengawalan dari dekanat dan Ormawa untuk mencabut kebijakan pembatasan jam malam,” tutur Haidar.
Ia juga menyebutkan bahwa dekanat akan mengupayakan pembangunan dan perbaikan fasilitas yang rusak di FKIP.
“Akan diupayakan untuk pada tahun ini pembangunan gedung baru segera rampung.
Akan ditinjau kembali kesiapan fasilitas pembelajaran serta akan adanya perbaikan terhadap fasilitas yang rusak,” sebut Haidar.
Haidar juga mengungkapkan bahwa hasil lainnya dalam diskusi yaitu dekanat akan menerbitkan Standard Operating Procedure (SOP) mengenai PTM dan pembangunan sarpras untuk disabilitas.
“Akan segera diterbitkannya SOP pelaksanaan PTM jauh sebelum perkuliahan dimulai.
Akan adanya keterlibatan dengan pihak yang paham kebutuhan disabilitas guna dapat membangun sarpras yang mampu mengakomodir akses mahasiswa disabilitas,” ungkap Haidar.
Ia mengungkapkan bahwa dialog terbuka yang dilaksanakan Kamis (7/7) kemarin masih belum cukup.
“Belum, karena jawaban yang kami (Ormawa FKIP -red) inginkan adalah bukti nyata atas seluruh tuntutan yang dilayangkan,” ujar Haidar.
Hal yang sama disampaikan oleh Rani Mahadika Gumanti, mahasiswa FKIP. Ia mengaku bahwa dialog terbuka kemarin kurang memuaskan karena tidak adanya bukti nyata.
“Seharusnya Dekan beserta jajarannya bisa memberikan jawaban yg lebih menjanjikan didukung dengan bukti-bukti,” tutur Rani.
Ia berharap apa yang telah disampaikan dekanat pada dialog terbuka dapat dibuktikan.
“Semoga setelah diadakannya dialog terbuka kemarin, para dekan FKIP beserta jajarannya bisa segera membuktikan dan mewujudkan semua ucapannya yang disampaikan pada dialog terbuka,” harap Rani.
Reporter : Mutia/BU
Penulis : Osep/BU
Editor : Owen/BU