Bidikutama.com – Maraknya tagar-tagar perlawanan yang disuarakan para mahasiswa sejumlah kampus di media sosial pun memicu pergerakan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Setidaknya ada 3 pamflet bertemakan ‘Untirta Pelit’, sebagai buntut kekecewaan mahasiswa atas kebijakan rektorat. (21/5)
Salah seorang mahasiswa yang turut meng-upload pamflet, Eprian Nur Ilman, menyebutkan bahwa motivasi dirinya mengikuti pergerakkan ini dipicu oleh faktor internal maupun eksternal. Proses bimbingan dan usaha untuk memenuhi kehidupan perkuliahan yang terganggu membuat mahasiswa tingkat akhir ini resah.
“Proses bimbingan tidak menemui pembimbing secara langsung, sehingga saya tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya saya maksud dalam penelitian saya. (Selain itu) banyaknya kegiatan tambahan dosen yang sebelumnya tidak terjadwalkan (membuat) waktu dosen untuk membuka bimbingan berkurang. Itu dampak yang bersumber dari internal kampus,” jelasnya kepada Tim Bidik Utama.
“Selama pandemi Covid-19 ini sumber usaha saya untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti uang kos dan pembayaran UKT terganggu, bahkan terhenti, sehingga saya juga tidak tahu dari mana saya mendapatkan uang untuk membayar UKT di semester depan. Selayaknya pihak rektorat menyadari situasi dan kondisi saat ini secara menyeluruh, bukan hanya memandang situasi yang ada di lingkungan rektorat saja. Mohon lihat keadaan mahasiswa juga,” sambung mahasiswa asal jurusan Pendidikan Biologi angkatan 2015 itu.
Sementara itu, Nadia Rizky Nurhaliza, mahasiswa asal Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) merasa rugi terhadap kebijakan yang dicetus pihak rektorat.
“Ini merugikan mahasiswa secara sepihak, yang dimana kita membayar uang UKT full tanpa menikmati fasilitas, kalo ada kompensasi sih ya ga masalah,” tuturnya.
Randi Turlandi, mahasiswa asal jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) angkatan 2018, mengungkapkan bahwa apa yang sedang kita perjuangkan hanya dapat terwujud jika dilakukan secara kompak dan serentak.
“Semua mahasiswa Untirta melakukan gerakan yang sama (yaitu) menuntut UKT semester ini diringankan. Apakah yang diinginkan akan tercapai jika hanya segelintir mahasiswanya saja yang bergerak? Saya rasa tidak. Dengan cara bergerak bersama, melakukannya secara kompak dan serentak, saya rasa apa yang kita inginkan akan tercapai,” tandasnya.
Randi berharap untuk agar rektorat mengabulkan tuntutan yang disuarakan mahasiswa dan memberikan angin segar dengan memotong atau bahkan menggratiskan pembayaran UKT semester ini.
Selain Randi, mahasiswa asal Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2018 bernama Alvonnio Samuel juga berharap agar pihak rektorat ke depannya dapat mempertimbangkan segala kebijakannya dengan baik dan benar.
Reporter : Aira, Kusma/BU
Penulis : Aira/BU
Editor : Rara/BU
Maaf, kalo yang komentar ingin Untirta menggratiskan UKT itu mahasiswa semester akhir bisa dimengerti lah karena udah banyak PTN yang menggratiskan UKT semester depan untuk mahasiswa semester akhir yang gagal lulus semester ini.
Ini kok mahasiswa juga ikut-ikutan. Minta gratisin UKT pula. Dosen juga butuh makan juga. Mau digaji dari mana dosennya? toh kuliah kalian juga berjalan “cukup” lancar walaupun melalui online. Btw, SK dan headline berita yang dikutip di pamflet itu ditujukan ke semester akhir jadi tidak usah cocoklogi deh.