Bidikutama.com – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meresmikan peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD) sejak tahun 1977, ini berarti peringatan tersebut sudah berlangsung selama 43 tahun. Hadirnya peringatan Hari Perempuan Internasional merupakan suatu perayaan istimewa dalam menyetarakan hak wanita dan pria. Sudah menjadi perkara sejak lama bahwa wanita dan pria memiliki kesenjangan sosial yang berbeda. Hak-hak wanita dalam kehidupan bersosial, lingkungan kerja, hingga berkeluarga, seringkali dianggap tidak “sebebas” kaum pria. Lantas bagaimana tanggapan mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) di dalam memperingati Hari Perempuan Internasional? (8/3)
Rina Rahayu, mahasiswi asal Jurusan Pendidikan Kimia mengatakan bahwa Hari Perempuan Internasional merupakan sebuah momentum yang harus dipergunakan dengan sebaik baiknya, terutama bagi kaum perempuan, untuk melihat kembali sejauh mana perempuan mengambil peran dalam kerja peradaban.
Sejauh ini Kampus Untirta, lanjut Rina, merupakan kampus yang ramah terhadap perempuan. Hanya saja ada beberapa hal yang kurang difasilitasi, yakni terkait tempat penitipan anak bagi dosen perempuan yang membawa anaknya.
“Saya rasa selama ini Untirta tidak mendiskriminasi antara hak perempuan dan laki-laki. Hanya saja Untirta kurang memberikan fasilitas bagi dosen perempuan untuk menyediakan tempat penitipan anak, ada sih, tapi hanya di kampus Ciwaru dan saya rasa di kampus Pakupatan dan Cilegon pun perlu rasanya disediakan tempat penitipan anak tersebut,” ujarnya.
“Dan untuk mahasiswi, masih banyak yang tidak menyadari perannya sebagai perempuan itu seperti apa, sehingga saya rasa perlu adanya penyadaran untuk mahasiswi agar berdaya sesuai dengan keahliannya sehingga mampu berkontribusi untuk peradaban,” tambah Rina.
Selain itu, Sarah Haderizqi Imani, Mahasiswi Ilmu Hukum, turut menyampaikan aspirasinya. Menurutnya Hari Perempuan Internasional merupakan hari pengingat untuk menyuarakan aspirasi sebagai perempuan.
“Kalau saya mengartikan Hari Perempuan Internasional (itu) sendiri, (yakni) sebagai pengingat untuk kita semua bahwa perempuan juga punya suara dan mampu menyuarakannya, terutama yang berkaitan dengan hak-hak perempuan,” tutur mahasiswi yang akrab disapa Sarah ini.
Tak hanya Rina dan Sarah, Mahasiswi D-III Keperawatan yang bernama Lia Marliana menuturkan bahwa perempuan masih sangat butuh perhatian dari masyarakat maupun pemerintah, karena masih banyak hak-hak perempuan yang harus diperhatikan oleh pemerintah, terutama dalam hal ketidakadilan pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah, salah satunya ialah pada bayang Omnibus Law.
Terakhir, Umi Hanifah berharap agar Untirta bisa lebih mengedepankan kegiatan-kegiatan yang turut mengajak perempuan untuk berpartisipasi. “Harapannya, khususnya di ranah kampus dulu, mungkin lebih mengedepankan atau membuat sebuah kegiatan yang dimana itu lebih tertuju perempuanlah,” imbuhnya.
“Kegiatan tidak membawa politik (dan) agama, tidak mendominasi seperti itu. Tetapi ini kegiatan secara umum yang dimana perempuan berperan aktif dalam sebuah kegiatan tersebut,” tutup mahasiswi asal Jurusan Teknik Kimia itu.
Reporter: Mira/BU
Penulis: Mira/BU
Editor: Rara/BU