Bidikutama.com – Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SAPMA PP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar aksi mimbar bebas memperingati “Black September” pada Senin (4/9). Aksi ini dilaksanakan di Halte Kampus A Pakupatan. (6/9).
“Remember Against Reveal” menjadi tema aksi yang merupakan bentuk penggalangan persatuan mahasiswa tersebut. Salah satu peserta aksi, Giri, menjelaskan aksi ini dilatarbelakangi adanya pertanda liberalisasi pada pendidikan Indonesia khususnya di Untirta.
“Liberalisasi pada pendidikan Indonesia menjadikan pendidikan sebagai barang dagang, komersialisasi, dan privatisasi. Salah satu contohnya, Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) yang merupakan bentuk lepas tangan pemerintah atas tanggung jawabnya pada perintah konstitusi dan Untirta sedang mencoba untuk menjadi PTN-BH,“ jelasnya.
Giri menyampaikan adanya long march hingga panggung budaya dilakukan pada aksi September Hitam kali ini.
“Untuk aksi permulaan ini dihadiri 65 anggota SAPMA PP Untirta, kami melakukan long march yaitu mengitari jalanan dalam kampus hingga keluar depan kampus. Massa aksi dan beberapa masyarakat turut berpartisipasi mengisi orasi ilmiah dan panggung budaya seperti puisi dan musikalisasi,” ucapnya.
Giri juga mengungkapkan aksi lainnya akan dilanjut dengan massa yang lebih banyak lagi.
“Perjuangan ini harus dilanjutkan karena menolak lupa adalah nyata dan merawat ingat adalah pantikan. Aksi terdekat akan dilakukan pada Kamis (7/9), sekaligus memperingati peristiwa pembunuhan terhadap aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu Munir Said Thalib,” ungkapnya.
Aksi tersebut pun sempat ditahan oleh satpam saat para mahasiswa membuat tulisan perjuangan pada spanduk.
“Mereka mencoba menghalangi kami dengan alasan normatif seperti jam perkuliahan masih berlangsung. Adanya penghalang tersebut justru menambah semangat perlawanan kami karena semakin jelas karakter yang diperlihatkan oleh kampus yaitu pembungkaman melalui aparatur ideologis,” tutup Giri.
Sekjen SGMI Komite Basis Untirta, Jaka Pramana menyatakan dukungannya atas aksi yang digelar ini.
“Saya mendukung dalam setiap aksi masa yang di lakukan oleh mahasiswa maupun massa rakyat, selagi landasannya jelas atau punya tujuan untuk menyuarakan keadilan,” tandasnya.
Pasalnya, hingga saat ini negara sampai hari ini belum mampu menyelesaikan peristiwa pelanggaran HAM, termasuk peristiwa pelanggaran ham terbaru seperti di Kanjuruhan.
“Maka dari itu saya mengajak kawan-kawan semua untuk terus menyuarakan keadilan atas hak-hak mereka yang menjadi korban dari peristiwa pelanggaran HAM itu sendiri serta mendesak pemerintah untuk menyelesaikan peristiwa pelanggaran HAM ini,” tegas Jaka.
Selain itu, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta, Ahmad Baedowi, berpendapat bahwa aksi dapat disuarakan dalam bentuk lain.
“Misal membuat short movie soal perjuangan ham, betapa sulitnya memperjuangkan HAM di negeri sendiri. Karena anak muda sekarang tuh cenderung lebih aware kalau kita dapet tontonan yang enak di mata, ada isinya,” jelasnya.
Reporter : Alif, Bayu/BU
Penulis : Nadia/BU
Editor : Tebi/BU