Bidikutama.com, Untirta – Pasca aksi yang dilakukan oleh Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Untirta menuntut perbaikan fasilitas kampus, transparansi dana dan menolak 14 program studi baru pada Kamis (22/5) lalu, pihak rektorat untirta bereaksi dengan pemanggilan lima orang mahasiswa melalui surat nomor 245/UN43/KM/2014yang dikirim langsung ke alamat masing-masing orang tua, akhirnya mahasiswa yang dipanggil orang tuanya menggelar konfrensi pers terkit pemanggilan tersebut Rabu (4/6).
Konfrensi yang diselenggarakan di depan Gedung Rektorat tersebut dihadiri sejumlah mahasiswa, beberapa dosen dan beberapa media pers. Dalam kesempatan tersebut Mahendra salah satu mahasiswa yang dipanggil orang tua nya mengungkapkan “sebetulnya ini adalah pola yang tidak dewasa ketika kami menghambil sikap, kami ingin perubahan di kampus tapi respon dari pihak rektorat malah seperti ini,” ujarnya kepada wartawan dalam konfrensi pers.
Mahendra pun menambahkan “ kami mempertanyakan jika memang pihak rektorat ingin bersilaturahmi dengan orang tua mahasiswa seperti yang tertulis pada surat pemanggilan, kenapa tidak semua mahasiswa saja yang dipanggil, kenapa saat kita punya prestasi tidak dipanggil, tetapi saat habis demo saja seperti ini,” ungkapnya.
Dalam konferensi ini , terlihat mahasiswa sebelumnya melakukan longmarch di kampus sambil menutup mulut dengan lakban hitam simbol sebagai matinya kesempatan untuk bicara dan mengemukakan pendapat di Untirta. Mereka memampang spanduk bertulisan “Aku Menuntut Mereka Memenuhi Hak Mahasiswa, Orang Tuaku Dipanggil”.
Salah satu dosen yang hadir Gandung ismanto sekaligus Wakil Dekan III FISIP mengungkapkan demo yang dilakukan adalah buah dari yang dilakukan oleh dosen, para mahasiswa berhasil melakukan kritik sosial yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kampus. “Dialog harus dikembangkan dan dikedepankan ketimbang cara yang menutup ruang dialog rektorat dan mahasiswa seperti ini”.
Gandung pun mengungkapkan Kalau setiap tahunnya mahasiswa demo menutut perbaikan fasilitas, seharusnya pihak rektorat menyadari ada sebuah sistem yang salah sehingga mahasiswa tidak perlu menuntut hal dasar semacam ini lagi,” paparnya.
Salah satu dosen lain yang juga hadir dalam konfrensi pers siang ini, Firman Venayaksha menyayangkan sikap rektorat yang menghadirkan gaya seperti anak SD ini di lingkungan kampus. “Mahasiswa yang kreativitasnya sudah baik, tidak seharusnya melibatkan orangtua dalam hal ini,” ujarnya.
Firman pun menambahkan jika ditarik permasalahannya dari surat ini, maka mindset pihak rekorat memposisikan seperti kepala sekolah, seperti guru BP. Maka, kalau temen-temen marah itu karena mereka tidak mau diberikan predikat sebagai siswa sekolah dasar seperti ini Kalau mahasiswa kan pendidikan untuk manusia dewasa. Kenapa tidak memanggil dan mengajak dialog mahasiswanya saja,” pungkasnya.
Diakhir konferensi mahendra yang mewakili lima orang mahasiswa pun melakukan aksi simbolik merobek surat pemanggilan yang diberikan kepada mahasiswa menolak sikap rektorat yang represif terhadap mahasiswa. (Rizhar/BU)