Bidikutama.com – Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila (SAPMA PP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) telah menggelar gelar aksi mimbar bebas memperingati “Black September” atau September Hitam pada Kamis (12/9). Aksi ini dilaksanakan di Kampus A Pakupatan. Sabtu (14/9).
Salah satu peserta aksi sekaligus Sekretaris Jenderal, Muhammad Ghaza Fitrah Ramadhan, menjelaskan latar belakang diadakannya aksi ini sebagai bentuk penyadaran kepada masyarakat bahwa banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah di bulan September ini.
“Kita akhirnya melakukan penyadaran lebih ke masyarakat bahwasannya di September ini masih banyak terjadi kegagalan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah, dan dari SAPMA komisariat tidak menutup kemungkinan untuk membahas isu-isu yang lain dari segala sektor,” ungkap Ghaza.
Ghaza juga menjelaskan mengenai tuntutan SAPMA PP Untirta yang telah dilakukan pada aksi refleksi bulan September ini. Adapun tuntutan tersebut diantaranya yaitu Mengusut tuntas pelaku pelanggaran HAM, Tolak represifitas aparat terhadap Gerakan rakyat, Tolak Pekerja Upah Murah, Cabut UU Cipta Kerja, Cabut Permendikbud No. 2 Tahun 2024, Tolak PTN-BH, Wujudkan Demokrasi sejati, Hentikan PSN perampas tanah dan ruang hidup masyarakat adat, Wujudkan performa Agraria sejati dan Implementasikan Konsep negara Welfare State.
Mahasiswa Program Studi Hukum, Ustur Ubadi, memberikan tanggapan terkait dengan aksi yang digelar ini.
“Untuk acara mimbar bebas pada hari ini memang kita lakukan karena kita bertujuan untuk merefleksikan perhari ini bahwasannya sudah berapa puluh September kita mengenang kejadian kejadian masa lampau yang mengandung pelanggaran HAM. Maka dari itu terkait acara hari ini acara kita bersama untuk merefleksikan terkait pelanggaran-pelanggaran HAM dimasa lalu,” tutur Ustur.
Ustur juga berharap bahwa dengan diadakannya aksi mimbar bebas ini bisa menyadarkan semua elemen masyarakat.
“Indonesia sendiri merupakan negara yang menjujung tinggi hukum pada akhirnya dengan adanya pelanggaran-pelanggaran HAM yang tidak terselesaikan justru menjadi sebuah kontradiksi. Maka dari itu, harapan dari acara ini bisa sama-sama kita sadar bahwasannya hari ini kita harus menegakkan hukum tersebut,” harap Ustur.
Tidak hanya Ustur, Saskia Novita, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, juga turut memberikan harapannya atas aksi yang digelar ini.
“Harapannya ya semoga ke depannya kita sebagai mahasiswa tidak pernah dibilangin jadi mahasiswa yang terlalu tidak peduli akan hal-hal yang ada di lingkungan kampus ataupun di lingkungan manapun. Jadi harus tetap aware dengan segala hal yang ada dan juga mengingat para korban-korban yang telah hilang juga. Selalu mengingat dan mencari kebenaran terus menerus tidak pernah berhenti sampai sini saja, gitu,” harap Saskia.
Reporter: Adam, Raffa, Tyas/BU
Penulis: Nabila/BU
Editor: Adzika/BU