Bidikutama.com – Sejumlah mahasiswa baru (maba) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) jalur masuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2020 mengeluhkan adanya ketimpangan dalam penentuan uang kuliah tunggal (UKT). Pasalnya, nominal UKT yang telah ditentukan tak sebanding dengan besaran penghasilan orang tua. (6/5)
Penelusuran Tim Bidik Utama, ketimpangan-ketimpangan yang ada ialah nominal UKT yang terlalu kecil dan terlalu besar apabila dibandingkan dengan penghasilan orang tua.
Salah seorang maba Untirta yang tidak diingin disebutkan namanya mengaku bahwa nominal UKT yang diterimanya tidak tepat. Hal ini lantaran dirinya mendapat UKT sebesar Rp 500.000, padahal penghasilan orang tuanya sebesar Rp 9.000.000 per bulan.
“Ya tidak tepat (penentuan nominal UKT-nya), tapi (nyatanya) saya dapet email-nya seperti itu,” kata maba tersebut saat dikonfirmasi oleh Tim Bidik Utama, Rabu (6/5).
Selain itu, ketimpangan juga terjadi pada maba jurusan Agroekoteknologi berinisial SD. Kepada Tim Bidik Utama, SD yang mendapat UKT sebesar Rp 3.000.000 dengan penghasilan orang tua sebesar Rp 1.500.000 per bulan menyatakan keberatannya, apalagi ayahnya sudah tidak bekerja dan ibunya hanya berjualan sarapan di depan rumah.
“Saya pribadi menyatakan keberatan, karena ayah saya sudah tidak bekerja dan ibu saya hanya jualan sarapan di depan rumah dengan penghasilan yang tidak menentu perharinya,” ungkapnya.
Selanjutnya, ada mahasiswi asal jurusan Teknik Elektro, Amelia Nur Safitri, yang mendapat UKT sebesar Rp 4.500.000 dengan penghasilan orang tua sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Sama halnya dengan SD, Amelia mengaku keberatan dengan nominal UKT tersebut.
“Keberatan karena (orang tua saya masih) punya tanggungan dua orang anak yang masih bersekolah, rumah ngontrak, enggak punya SPPT,” ujar perempuan yang akrab disapa Amel ini.
Amel berharap agar pihak Untirta lebih mempertimbangkan lagi di dalam menentukan besaran UKT, dikarenakan saat ini tengah terjadi wabah yang mengakibatkan jumlah pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran.
“Ya lebih dipertimbangkan lagi, agar tidak terlalu memberatkan, apalagi sekarang masih wabah. Pemasukan saja enggak sebanding sama pengeluaran,” harapnya.
Reporter: Yovi/BU
Penulis: Yovi/BU
Editor: Thoby/BU
Sedikit mengkritik ,apa yang di rasakan oleh mereka sama seperti yang saya rasakan dulu saat satu tahun yang lalu ,saya mempunyai hak untuk membayar ukt sebesar 1000000 sedangkan penghasilan dari ayah saya 1000000 dan itu masih memiliki tanggungan yaitu adik saya yang baru masuk sekolah pada waktu itu ,saat itu saya bingung harus bagaimana jika seperti ini ,tapi alhamdulillahnya ada orang baik yang membantu saya pada saat itu yang tadi nya saya putuskan untuk tidak melanjutkan jadi berfikir ulang setelah itu semester berikutnya saya berfikir apakah ada uang untuk membayar ukt tersebut kembali di lihat dari kondisi keluarga yang kekurangan .nah sedikit cerita saya ini memiliki pesan yaitu tolonglah lebih matang dalam segala hal .
Saya pun merasakan hal yang sama
Jika bangsa ini menginginkan generasi mudanya aktif dalam dunia intelektual atau dalam dunia teknologi. Kenapa dalam hal mencari ilmu malah harus menguras ekonomi??
Saya juga sama ukt 3.000.000 sedangkan penghasilan bpk saya 1.500.000 perbulan
Tapi memang logis nya nominal penghasilan orang tua tuh di saring lagi banyak yg mengira dan mengisi penghasilan kotor yg contohnya: nominal penghasilan 4jt nah di dalam 4jt ini ada uang untuk makan, kebutuhan, bahkan beban adik atau kakaknya, dan penghasilan bersihnya hanya 500rb/bulan di tambah orang tuanya hanya pedagang dan tidak punya penghasilan tetap?, bagaimana di bulan berikutnya hanya mendapatkan 1jt saja?, itu sudah pasti tidak menyisakan uang sama sekali