Bidikutama.com – Hari Selasa (2/9) lalu diperingati sebagai Hari Batik nasional. Batik bagaikan suatu identitas bagi warga nusantara. Akan tetapi, pernahkah kamu melihat bapak proklamator Soekarno dan Hatta menggunakan batik? Adakah rekaman maupun yang memperlihatkan sang proklamator mengenakan kemeja batik? Jika Sobat Bidik menjawab tidak, lantas mengapa demikian? Simak selengkapnya. (3/9)
Mayoritas dari kita hanya mengetahui bahwa batik merupakan pakaian khas Indonesia yang sudah identik dengan bangsa ini. Beberapa pertanyaan mungkin muncul sebelum alasan mengapa kita belum pernah melihat Bung Karno, Bung Hatta, dan Syahrir mengenakan kemeja batik. Jika dilihat dari sudut pandang cinta tanah air, tentu ketiganya tidak perlu diragukan lagi karena mereka dapat disebut sebagai founding father bangsa Indonesia.
Banyak dari kita melihat baik Bung Karno maupun Bung Hatta dengan gagah dan stylist kerap kali mengenakan blazer dengan berbagai warna. Katakan lah putih dan cokelat muda dengan peci sebagai penutup kepala. Bisa kita lihat tidak ada unsur batik pada gaya pakaian keduanya. Mengutip dari tulisan seorang jurnalis tempo pada sosial media X dengan nama pengguna @QarisTajudin mengungkapkan alasan mengapa founding father tidak mengenakan batik.
Bung Karno sebagai salah satu bapak bangsa dan sebagai orang yang sangat memperhatikan penampilan tentu sudah memikirkan tentang busana nasional. Beliau tahu bahwa penampilan termasuk busana mempunyai peran penting dalam menyimbolkan karakter bangsa yang baru lahir, akan tetapi pada saat itu Bung Karno belum melirik batik untuk dijadikan atasan untuk pria.
Bung Karno belum berpikir untuk menjadikan batik sebagai atasan karena pada saat itu secara tradisional batik dipakai sebagai bawahan. Beberapa ada yang mengenakan batik hingga dada, tetapi umumnya pola tersebut melekat pada perempuan dan pola semacam ini berlaku dari jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada saat indonesia merdeka, alih-alih menjadikan batik sebagai atasan, Bung Karno lebih tertarik kepada peci sebagai simbol bangsa.
Blazer putih sebagai atasan lengkap dengan peci sebagai penutup kepala menjadi outfit nasional untuk pria bagi Bung Karno. Alasannya yaitu karena peci dan blazer putih dianggap bisa mewakili mayoritas suku yang ada di Indonesia selayaknya penggunaan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan pada saat itu.
Namun pada saat kekuasaan bung Karno selesai, apakah peci dan blazer putih masih eksis menjadi outfit nasional yang mewakilkan dan menjadi identitas untuk negeri?
Nah, saat kekuasaan berlanjut kepada Soeharto, pemimpin yang sangat kental dengan suku Jawa kemudian sedikit mengubah pola pikir yang sebelumnya batik hanya digunakan sebagai bawahan, tetapi juga bisa dikenakan sebagai atasan dan bagus digunakan menjadi kemeja untuk pria. Soeharto mulai memperkenalkan batik sebagai kemeja pria pada awal tahun 70-an, tetapi hanya digunakan pada saat acara nonformal seperti acara ulang tahunnya di tahun 1970.
Ali Sadikin atau yang akrab dikenal dengan Bang Ali di kala menjabat sebagai Gubernur Jakarta saat itu yang sangat masif memperjuangkan batik untuk menjadi busana nasional. kemeja batik pertama Bang Ali, konon katanya dibuat langsung oleh Ibu Sud yang kita tau merupakan pencipta lagu anak pada era itu. Bang Ali kemudian menggandeng sejumlah perancang busana dan memberi izin kepada pejabat DKI untuk menghadiri acara resmi dengan mengenakan kemeja batik.
Sejak saat itu, baru lah batik lazim digunakan sebagai atasan pria dan menjadi alternatif busana resmi selain setelan jas. Ide tersebut dinilai cukup cerdas lantaran dengan suhu di Indonesia yang terbilang panas dan tidak semua ruangan mengoperasikan Air Conditioner (AC) pada saat itu, jadi mengurangi peluang gerah dan keringat bagi para pria. Batik kemudian pada perkembangannya mengikuti tren yang ada agar tidak ketinggalan zaman.
Tren batik sutra bertahan cukup lama dan banyak peminatnya di awal era 1980-an hingga 1990-an. Tren ini eksis hingga terjadinya reformasi pada tahun 1998 dan kembali berubah pada saat kekuasaan berganti yaitu Gusdur sebagai presiden yang lebih senang dengan katun sebagai bahan dasar kemeja batik. Gusdur pun menjadi trend setter di dunia fashion Indonesia dengan beralihnya peminat kain sutra kepada kain katun sebagai bahan dasar kemeja batik.
Itu tadi pembahasan mengenai batik dalam rangka memperingati hari batik nasional. Semoga batik tetap eksis di dunia fashion indonesia, bahkan kami anak bangsa berharap batik bisa dikenal lebih jauh hingga dunia internasional.
Penulis : Bayu/BU
Editor : Uswa/BU