Bidikutama.com – Penurunan akreditasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menimbulkan kekecewaan, terutama di kalangan mahasiswa angkatan 2020 yang akan segera diwisuda, karena ijazah mereka hanya mencantumkan akreditasi B, sementara saat mereka mendaftar, kampus berstatus akreditasi A. Di tengah kekecewaan ini, muncul kabar bahwa kampus menawarkan pilihan untuk lulus tahun ini dengan akreditasi B atau menunda kelulusan sambil menunggu revisi akreditasi dengan membayar 50% UKT. Namun, pihak Untirta membantah adanya tawaran tersebut. Senin (26/8)
Wakil Rektor Bidang Akademik, Rusmana, menjelaskan situasi ini dengan mengatakan bahwa penurunan akreditasi lebih disebabkan oleh perubahan sistem penilaian dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Sebelumnya, akreditasi kampus dinilai dengan skala A, B, C, dan tidak terakreditasi. Namun, skala tersebut kini diubah menjadi unggul, baik sekali, baik, dan tidak terakreditasi.
“Kami masih memperoleh nilai yang sama, yaitu 3.61, yang sebelumnya sudah cukup untuk mendapatkan akreditasi A. Namun, karena perubahan sistem dari BAN-PT, nilai ini tidak bisa langsung dikonversi ke kategori baru dan memerlukan proses reakreditasi. Meskipun begitu, yang terpenting adalah akreditasi program studi, yang menurut saya lebih relevan bagi alumni,” jelas Rusmana.
Rusmana juga menambahkan bahwa proses reakreditasi sedang berlangsung, dan diharapkan kampus akan masuk dalam kategori “unggul”. Jika proses ini selesai tahun ini, akreditasi baru akan berlaku hingga 2029. Ia juga menekankan bahwa mulai tahun depan, kategori akreditasi hanya akan dibagi menjadi “terakreditasi” dan “tidak terakreditasi,” sehingga tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan mengenai status akreditasi saat ini.
“Bagi lulusan yang paling penting itu akreditasi prodinya tidak ada kaitannya alumni dengan terakreditasi B ini,” tambah Rusmana.
Supyan Saori, wisudawan Program Studi (Prodi) Manajemen, merasa kecewa dengan situasi ini dan berharap Untirta dapat lebih teliti dan cepat dalam menyelesaikan masalah tersebut.
“Saya sangat menyayangkan posisi ini karena saya salah satu yang terkena dampaknya. Ketika saya mendaftar, kampus ini memiliki akreditasi A, dan itu menjadi salah satu alasan utama saya memilih Untirta. Namun, di saat-saat akhir kuliah, akreditasi tiba-tiba turun menjadi B,” ungkap Supyan.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Ben, wisudawan Prodi Agroekoteknologi. Menurutnya, kedua opsi yang diberikan oleh kampus masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
“Bagi saya, kedua pilihan itu sama-sama positif, tergantung dari kebutuhan pribadi masing-masing. Misalnya, kalau ada kebutuhan mendesak untuk segera lulus, maka pilihan pertama bisa diambil. Namun, jika ingin menunggu agar mendapatkan akreditasi yang lebih baik, maka menunda kelulusan bisa jadi pilihan, meskipun harus siap secara finansial,” jelas Ben.
Ben juga menambahkan bahwa dalam dunia kerja, terutama di sektor swasta, pengalaman dan keterampilan sering kali lebih diperhitungkan dibandingkan akreditasi kampus.
“Jadi, saya berharap teman-teman tidak terlalu fokus pada akreditasi kampus, tapi lebih pada bagaimana kita mempersiapkan diri untuk bersaing di dunia kerja,” harapnya.
Reporter : Hasna, Alfin/BU
Penulis : Nadila/BU
Editor : Annisa M/BU