Bidikutama.com – Jemari lentik milik Rona menari-nari di atas keyboard, sedang matanya fokus menatap monitor. Dia adalah karyawan baru di kantornya, baru sekitar dua bulan yang lalu.
Tak heran, semangatnya dalam bekerja patut diacungi jempol. Berbeda dengan beberapa pekerja lainnya yang seperti tidak memiliki gairah untuk mengerjakan tugas mereka. Terlebih terik matahari di luar sana cukup banyak menguras energi meski di dalam ruangan ber-AC sekali pun.
Jam yang tergantung di dinding ruangan nampaknya lebih menarik bagi beberapa karyawan dibandingkan dengan pekerjaan yang ada di depan mata mereka. Hampir semua yang ada dalam ruangan itu menantikan hal yang sama, jam istirahat. Perut yang sudah keroncongan dan pekerjaan yang cukup menguras pikiran menjadi alasan jam istirahat begitu dinantikan. Untungnya, tak lama waktu yang mereka nantikan telah tiba. Para pekerja tersebut berhamburan keluar ruangan, hanya menyisakan beberapa saja dari mereka, termasuk Rona.
Perempuan itu masih sibuk menggeluti pekerjaannya hingga tidak menyadari seseorang telah duduk di samping kursi kosong di sampingnya.
“Fokus banget Ron, udah istirahat nih. Makan, yuk! Laper gue,” ujar Lala sembari menatap temannya yang masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya.
“Nanti ya, La. Nanggung nih, bentar lagi.”
“Huft, udah ketebak pasti bakal kek gini. Makan dulu, Ron. Kerjaan lo ga bakal pernah ada abisnya meski lo sakit sekali pun.”
“Iya La, tapi ini beneran nanggung,” ucap Rona dengan mata dan tangan yang tak lepas dari pekerjaannya.
“Lama-lama kek Mbak Ann, lo!”
Jemari yang bergerak-gerak lincah itu kini berhenti begitu mendengar ucapan Lala, perempuan itu berhasil menarik atensi Rona dari layar monitor. Lala paham tatapan Rona padanya. Itu tatapan bingung sekaligus penasaran.
Hal tersebut membuat pemuda-pemuda yang menjadi kekasihnya tidak tahan dengan sifatnya.
Kemudian begitu Ann menginjak bangku perkuliahan, kisah asmara Ann kembali berlanjut. Kali ini ia menjalin hubungan dengan seorang pemuda biasa saja bernama Rio. Rio menerima semua kondisi Ann. Ann nyaman dibuatnya. Ann menceritakan segalanya pada Rio. Masa lalunya yang kelam dan segala hal tentang dia.
Awalnya, Rio, bersikap manis dan hangat. Tapi, semua itu berubah begitu Ann menceritakan traumanya. Awalnya Rio berkata bahwa ia tak peduli dengan apa yang telah menimpa Ann dan akan berjanji akan membuat Ann bahagia selalu. Ann dibuat bahagia olehnya. Namun, perlahan, perilaku Rio mulai berubah. Ia tak sehangat dulu. Rio mulai kasar padanya, mulai bermain tangan. Meskipun begitu, Rio tetap bersikap manis. Ia akan memuji Ann seakan-akam ia begitu mencintai Ann. Tapi di lain sisi, ia begitu temperamen terhadap Ann.
Ann tidak peduli dengan perlakuan kasar kekasihnya. Ia begitu mencintai kekasihnya.
Hubungan mereka begitu toxic. Ann tidak menyadari bahwa ia sudah seperti ibunya. Ia menyadari hal itu ketika tahu bahwa Rio berselingkuh darinya. Ann benar-benar murka. Ia telah memberikan segalanya untuk Rio, namun pada akhirnya pemuda itu malah meninggalkannya.
“Semenjak itu gue gak pernah mendengar Mbak Ann memiliki kekasih lagi. Ibunya pun gue dengar bunuh diri di RSJ,” ujar Lulu menutup ceritanya dan memandang iba Mbak Ann.
“Gue jadi merasa kasihan, tak heran ia jadi seperti itu. Orang-orang gila itu benar-benar membuatnya jadi gila.”
“Yap, dunia yang ia jalani lah yang membuatnya jadi gila.”
“Kalau begitu untuk apa lahir jika dunia yang ditempati begitu kejam?”
“Sebenarnya gue juga masih mempertanyakan hal itu. Tapi aku juga yakin Tuhan selalu memiliki alasan mengapa melahirkan kita ke dunia.”
Rona mangut-mangut mendengar ucapan Lala, helaan napas terdengar dari mulutnya.
“Gak usah khawatir, gue yakin kebahagiaan akan datang pada Mbak Lala. Dari pada mikirin itu mending mikirin perut. Ayo makan ih! La
par banget tau!” ujar Lala memegangi perutnya.
Rona hanya tersenyum. Ia meyakini hal yang sama seperti Lala. Ia kemudian merapikan pekerjaannya, menyimpan semua file yang ia kerjakan dan berdiri dari bangkunya.
“Ayo.”
Penulis : Nazwa/BU
Editor : Tebi/BU