Bidikutama.com – “Emang untungnya apa jadi aktivis kampus? enak juga jadi kupu-kupu (kuliah pulang), kesibukan cuma berangkat kuliah terus pulang,” ujar Zena.
“Tapi Zen, sebenarnya jadi aktivis engga buruk-buruk amat sih, bahkan menyenangkan. Lo bisa banyak teman, lo juga punya kesibukan dan tanggung jawab, yang pasti lo punya banyak pengalaman,” ujar Shara sambil berjalan pulang bersama Zena.
Namanya Zena, ia merupakan mahasiswa semester 3 di salah satu universitas negeri di Jakarta. Memang benar, kesibukan sehari-harinya hanya berangkat kuliah saja, terdengar sangat santai sekali, ya? berbeda dengan Shara.
Shara merupakan seorang aktivis kampus yang bisa saja pulangnya hingga larut malam karena terlalu banyak kesibukan dan tanggung jawab yang harus diselesaikan. Mereka sudah berteman sejak masa-masa penerimaan mahasiswa baru, alias sejak maba.
Pada sewaktu pagi, alarm Shara berbunyi tepat pada pukul 05.00 WIB, karena Shara sedang datang bulan dan dalam keadaan tidak suci. Ia berinisiatif untuk segera mandi dan bersiap-siap pergi ke kampus, karena hari ini ada kelas pengganti dan kegiatan yang cukup padat.
“Pagi bun,” sapa Shara saat berjalan turun ke bawah.
“Hai nak, pagi sayang, ko tumben pagi-pagi gini udah rapi banget, ini seharusnya jadwal kamu libur kan? terus ini kamu mau kemana?,” tanya Herna heran.
“Iya bun, aku semalam lupa bilang ya? hari ini aku ada kelas pagi, kelas pengganti, abis itu aku ada kegiatan dari Himpunan dan BEM, Bun,” jawab Shara.
“Ya, ampun engga ada di rumah banget ya kamu. Ya sudah sebelum berangkat ke kampus sarapan dulu ya, itu makannya udah bunda siapin di meja makan,” ujar Herna sambil mencuci piring bekas memasak.
“Bunda masak apa? nasi goreng ya? wah udah lama banget aku engga makan nasi goreng buatan bunda, kangen deh,” tanya Shara.
“Iya nih, bunda masak sekalian buat ayah, soalnya pagi ini juga ayah ada dinas keluar kota,” jawabnya.
Ayah, Bunda, Shara, dan Risa. Mereka berempat makan bersama dalam satu meja. Ketika sedang menikmati nasi goreng buatan bunda, tiba-tiba ayah menitip pesan pada Shara.
“Ayah senang liat kamu jarang dirumah karena ngejalanin tanggung jawab, dan amanah. Karena menurut ayah jadi aktivis banyak memiliki keuntungan juga, salah satunya relasi, secara engga sadar, relasi yang akan bawa kamu, kamu akan hidup seperti apa, dan bagaimana,” ujar Ayah
“Iya yah, aku juga engga merasa dirugikan buat ikut banyak kegiatan dan kepanitiaan, malah makin banyak teman,” jawab Shara sambil siap-siap untuk pergi ke kampus.
“Udah jam 07.00 Shara pergi ya,”
“Hati-hati, jaga kesehatan ya nak,” ucap Ayah dan Bunda.
…………
Setengah jam berlalu, Shara akhirnya sampai di parkiran kampus untuk memarkirkan sepeda motor kesayangannya. Tidak lama setelah itu, ia berjalan menuju kelas, salama berjalan di koridor, tiba-tiba Zena datang dan berjalan di belakangku.
“Pagi, Shara,” sapa Zena.
“Hi, pagi Zena. Tumben banget ni hari ini engga telat,” jawab Shara dengan tertawa kecil.
“Sebenarnya gua males sih, ngantuk, berhubung killer aje ni dosen jadi gua rela dah bangun pagi pagi,” ujar Zena.
Dosen datang, jam perkuliahan pun dimulai. Setelah 45 menit berlalu, akhirnya perkuliahan selesai. Shara, Zena, Mike, dan Galuh mereka memutuskan untuk singgah sebentar di cafe yang tidak jauh dari kampus, karena mata kuliah tadi selesai lebih cepat dari jam biasanya.
Setelah sampai di cafe, tidak lain dan tidak bukan mereka banyak cerita kegiatan yang akan di lakukan hari ini. Dan tentu aja, Zena hanya diam, karena hanya Zena yang tidak memiliki kegiatan lain selain kuliah.
“Eh berarti lo abis ini cabut balik Zen?,” tanya Galuh
“Iya lah, ngapain lagi gua,” jawab Zena
“Yee, harusnya lo ikut juga biar ada kegiatan, dan punya kesibukan selain kuliah, penting tau Zen buat relasi,” sambung Mike sambil minum kopi kesukaannya.
“Zen, lo engga tertarik apa buat ikut organisasi?,” tanya Shara
Belum sempat terjawab pertanyaannya, tiba-tiba teman Shara menelfon. Tidak sadar, ini sudah memasuki jam-jam rapat persiapan seminar, dan kegiatan lainnya. Tidak lama setelah mengangkat telfon dari temannya Shara berpamitan untuk pergi balik lagi ke kampus.
“Eh gua duluan ya, bye,” ujar Shara
Beda 5 menit Mike dan Galuh pun ikut berpamitan untuk pergi balik lagi ke kampus.
“Gua sama Galuh cabut ya Zen,” ujar Mike sambil berjabat tangan.
Seperti biasa, Zena hanya bisa melamun, karena teman-temannya sibuk dengan urusannya masing-masing [yaa siapa suru jadi pengangguran]. Sesekali Zena bertanya-tanya pada dirinya sendiri
“Kenapa ya gua engga kaya mereka yang punya banyak kesibukan?,”
“Apa gua ikut organisasi aja?,”
“Sepenting apa ya ikut organisasi?,” Gumam Zena waktu itu.
Setelah berlama-lama melamun, dan berantem dengan isi kepalanya, akhirnya Zena memutuskan untuk pulang, lagi pula hari sudah mulai sore
……….
“Eh aduh pemateri tadi keren banget ya? dan lo tau engga sih? setelah penyampaian materi tadi, gua sempet ngobrol sama beliau dan diminta kerja bareng beliau,” ujar Shara dengan penuh excited.
“Sumpah ya Shar, lo beruntung banget sih, beliau CEO perusahaan ternama di Jakarta kan?,” jawab Anlin.
“Iya hehe, eh gua cabut balik ya guys,” ujar Shara sambil pamitan ke teman-temannya
“Oke shar, hati hati,” jawab teman-temannya.
Jarak antara kampus Shara dan rumahnya agak sedikit jauh, sesekali Shara iseng bergelut dengan isi kepalanya.
“Benar kata Ayah dan Bunda, ternyata berorganisasi sepenting itu, selain relasi semakin bertambah, juga bisa banyak mendapatkan keberuntungan lainnya, seperti tadi, aku ditawarin kerja sama CEO perusahaan ternama di Jakarta,” gerutu Shara
Tidak lama kemudian, sampailah Shara di depan rumahnya.
“Assalamualaikum,” Ucap Shara dengan gembira.
“Waalaikumsalam,” jawab Bunda sambil membukakan pintu.
Sudah menjadi kewajiban, dengan penuh semangat dan rasa gembira, Shara langsung bercerita tentang kegiatan hari ini kepada Bunda, termasuk menceritakan tentang ia ditawarkan untuk bekerja bersama CEO perusahaan ternama di Jakarta.
Tidak lama setelah berbagi cerita ke Bunda, lalu Zena menelfon Shara.
“Shar, cafe sebelah yu, ngobrol banyak kita,” ajak Zena.
“Habis maghrib aja ya Zen, gua baru sampe,” jawab Shara.
“Gila lu sesore ini lu baru sampe? wah gila si lu sibuk banget,” ujar Zena dengan nada bercanda.
“Yaa biasa lah, hari ini gua banyak kegiatan, yauda ya gua mandi dulu,” jawab Shara sambil menutup telfonnya.
Pukul 19.00 WIB Shara dan Zena bertemu di salah satu cafe dekat dengan rumah Shara. Tidak lain dan tidak bukan, Zena datang bersama Mike dan Galuh.
“Hi Zen,” sapa Shara
“Nunggu Dari tadi?,” tanya Zena
“Engga sih, selisih beberapa menit aja,” Jawab Shara
Setelah mereka memesan makanan dan minuman, Zena memulai topik diskusi malam ini.
“Jujur, gua kadang suka bete deh temenan sama kalian, karena kalian sesibuk itu, dan gua santai-santai aja, bahkan engga sekali dua kali kalau kita lagi nongkrong tiba tiba kalian semua pergi ninggalin gua karena ada kerjaan organisasi,” ujar Zena
“Zen, berkali kali juga kan kita udah bilang, mau belajar dimana lagi tentang memanage waktu dengan sebaik-baiknya, belajar berorganisasi, berani bicara depan orang banyak, berani menyampaikan pendapat, bisa tau ternyata pemikiran dan isi kepala orang berbeda-beda, kalau bukan lu belajar di organisasi,” jawab Shara.
“Lu di kuliah belajar cuma formalitas aja, yang memang seharusnya dan menjadi kewajiban buat lu jalanin, buat lu pelajari, tapi selebihnya ya lu belajar dari organisasi Zen,” pangkas Galuh.
“Dan lu tau? Shara ditawarin kerja di perusahaan ternama di Jakarta langsung ditawarin sama CEO-nya darimana kalau bukan dari organisasi,” tegas Mike.
“Emang Zen, organisasi banyak banget menyita waktu, dan menguras tenaga lu, bahkan uang? tapi kalau diliat sisi positifnya, gabung di organisasi tu manfaatnya luar biasa,” ujar Shara.
“Iya, gua dari kemarin kepikiran buat masuk organisasi, karena ya liat kalian, cara bicara kalian depan orang banyak tu engga kaya gua yang masih gugup. Terus cara beretika kalau mau ngasih tanggapan atau pendapat tu emang sekeren itu, ini apa lagi gua tau Shara ditawarin kerja sama CEOnya langsung, wah gila si ini bener bener gila,” ujar Zena dengan perasaan kagum.
“Ya gitu Zen, semua yang kita lakuin, kita praktekkan, ya semua output dari gabung organisasi sana sini,” ujar Mike.
Setelah panjang lebar Shara, Zena, Mike, dan Galuh ngobrol dan berbagi pengalaman, jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB malam, yang artinya malam sudah mulai larut, dan mereka harus pulang kerumahnya masing-masing.
“Guys, gua mau makasi banget ya sama kalian, karena sesibuk sibuknya kalian diorganisasi tapi masih bisa nyempetin waktu luang buat nemenin nongkrong, ngobrol, dan bagi cerita ke gua yang pengangguran ini,” ujar Zena sambil tertawa
“Sama-sama Zen, semoga setelah ini hatinya terketuk ya [emot tangan],” jawab Galuh dengan nada bicara bercanda
“Oke, gua cabut ya,” ujar Mike sambil berjabat tangan.
“Gua juga, thank you ya,” ujar Shara.
“Oke, bye,” ujar Zena sambil berjalan ke arah motornya.
Semenjak obrolan malam itu, Zena tidak lagi menyia-nyiakan waktunya yang hanya ia habiskan untuk sekadar kuliah saja. Zena berjanji akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk bergabung dan belajar banyak hal di organisasi.
Penulis : Neng Mustika Rani (Ilmu Komunikasi 2020)
Editor : Adi/BU