Bidikutama.com – Berburu takjil merupakan tradisi khas yang selalu hadir pada bulan Ramadan, terutama di Indonesia. Tradisi ini merujuk pada kegiatan mencari minuman dan makanan ringan untuk berbuka puasa yang telah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun. Kamis (5/3).
Istilah kata ‘’takjil’’ berasal dari bahasa Arab yakni dari kata ‘’ajila’’ yang berarti menyegerakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘’takjil’’ ialah mempercepat (berbuka berpuasa). Takjil juga secara umum diartikan sebagai makanan atau sajian yang akan disantap saat berbuka puasa setelah matahari terbenam.
Dilansir dari Muhammadiyah.or.id, ditemukannya catatan mengenai takjil dalam laporan De Atjehers yang ditulis oleh Snouck Hurgronje pada akhir abad ke-19. Laporan tersebut mencatat bahwa masyarakat Aceh telah mengadakan buka puasa bersama-sama di masjid dengan hidangan khas seperti bubur pedas.
Riwayat lain menyatakan bahwa takjil menjadi salah satu sarana dakwah Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Jawa sejak sekitar abad ke-15. Adapun catatan sejarah yang menyebutkan bahwa tradisi takjil dimulai di Masjid Kauman, Yogyakarta pada tahun 1950-an. Sejak masa itu, tradisi meluas dan terus dilestarikan di kalangan masyarakat sampat saat ini.
Di Indonesia, tradisi berburu takjil di bulan Ramadan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Banyak orang yang keluar rumah pada sore hari di bulan Ramadan untuk membeli atau berbagi takjil. Beberapa takjil yang populer meliputi kurma, bubur sumsum, es buah atau es campur, gorengan, kolak pisang, dan kue-kue tradisional. Bentuk sedekah di bulan Ramadan dapat dilakukan dengan berbagi takjil secara gratis kepada orang-orang yang berpuasa.
Penulis: Aqilatul/BU
Editor: Raffa/BU