Bidikutama.com – Di tengah berlangsungnya kegiatan Pengenalan Kampus atau biasa disebut Ospek, fenomena “hunting maba” oleh kakak tingkat kembali mencuat dan seringkali muncul. Pada dasarnya, Ospek merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa baru dengan lingkungan kampus. Namun, tak jarang situasi tersebut menjadi aji mumpung bagi beberapa kakak tingkat untuk kepentingan pribadinya. Seperti mendekati mahasiswa baru dengan niat diluar dari tujuan Ospek itu sendiri. Berawal dari penyalahgunaan kekuasaan, praktik yang biasanya melibatkan ajakan yang intensif ini menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi mahasiswa baru. (01/8)
Apa itu Ospek?
Ospek merupakan bentuk akronim dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Ospek dirancang untuk membantu mahasiswa baru dalam mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan kampus. Dalam sistem pendidikan, masa pengenalan ini bertujuan agar mahasiswa baru memahami sistem akademik serta membangun jaringan sosial yang positif.
Terkhusus setelah Ospek kampus mahasiswa baru akan melanjutkan ke tahapan Ospek fakultas hingga jurusan. Pelaksanaan Ospek tersebut dimaksudkan agar mahasiswa baru mendapat informasi spesifik tentang fakultas juga program studi yang mereka ambil.
Seiring dimulainya masa Ospek di berbagai universitas, seringkali muncul fenomena “Hunting maba” yang dilakukan oleh segelintir kakak tingkat. Meski kerap dianggap sepele, fenomena ini membawa risiko di mana lingkungan kampus yang seharusnya merupakan tempat yang aman. Seketika kondisinya berbanding terbalik dan jauh dari kata aman.
Tak jarang dalam praktiknya, hunting maba disamarkan sebagai ajakan ramah dalam membangun koneksi. Namun dalam beberapa kasus kegiatan tersebut justru berubah menjadi bentuk intimidasi dengan niat tersembunyi yang tidak sehat.
Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong terjadinya fenomena tersebut. Salah satunya hal ini bisa terjadi karena mereka memiliki rasa otoritas lebih terhadap mahasiswa baru. Hal ini lah yang menciptakan dinamika kekuasaan dan berpotensi dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Seperti mencari perhatian atau mendekati mahasiswa baru hingga memanfaatkan posisi senioritas untuk memaksa atau menekan mereka untuk ikut dalam kegiatan tertentu yang membuat mereka tidak nyaman.
Sikap kakak tingkat kepada mahasiswa baru seharusnya menekankan pada prinsip ramah dan akomodatif. Kakak tingkat sebaiknya membimbing mahasiswa baru sehingga mereka merasa diterima dan nyaman berada di lingkungan kampus. Senior atau kakak tingkat bisa menawarkan bimbingan dan nasihat berdasarkan pengalaman mereka sendiri dengan cara yang ramah dan tidak terkesan menggurui. Selain itu penting juga untuk menghormati privasi mahasiswa baru dan mengetahui batasan sehingga mereka merasa nyaman berada di lingkungan kampus.
Interaksi antara kakak tingkat dan mahasiswa baru juga harus didasarkan pada etika yang kuat. Etika dalam interaksi tidak hanya soal menjaga perilaku yang sopan tetapi juga soal memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk memilih apa yang mereka inginkan. Tidak memaksakan mereka untuk terlibat dalam suatu kegiatan. Kampus memiliki kode etik yang jelas tentang perilaku semua mahasiswa. Ini harus mencakup larangan terhadap perilaku intimidasi, pelecehan, atau penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini sejalan dengan peran kampus yang menjadi garda terdepan dalam memastikan kegiatan Ospek sesuai dengan tujuannya. Tak hanya pihak kampus, namun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) turut memiliki tanggung jawab untuk memastikan lingkungan kampus yang aman dan mendukung. Melalui pelatihan kepemimpinannya diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada panitia Ospek (senior) mengenai perilaku yang tepat selama Ospek berlangsung. Tak terlepas dari semua itu, refleksi diri atau kesadaran diri merupakan hal terpenting. Dengan menyadari potensi dampak dari perilaku mereka terhadap mahasiswa baru. Para senior sebaiknya mengutamakan pembinaan dan mendukung sesama mahasiswa daripada pencarian keuntungan pribadi.
Akhirnya, semua pihak di kampus memiliki peran dalam membangun budaya yang inklusif dan positif. Tentu saja dengan upaya bersama dari kampus, organisasi mahasiswa, dan individu termasuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika. Ketika semua hal itu terwujud mahasiswa baru dapat merasa nyaman, dihormati, dan bebas dari segala tekanan. Paradigma atas fenomena hunting maba ini pun berubah menjadi interaksi yang lebih sehat dan saling menghargai.
Penulis : Usniati Fadillah/Mahasiswa Fakultas Hukum Untirta
Editor : Adzika/BU