Bidikutama.com – Dalam perjalananku di Fakultas Hukum, aku menemukan banyak hal. Baik itu ilmu pengetahuan, pertemanan, perlombaan, hingga percintaan, yang kemudian menjadi hal termanis dalam perjalanan selama kuliah di kota kecil yang penuh cinta. (31/3)
Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) menjadi gerbang awal tentang bagaimana aku menemukan cinta yang kemudian membuatku melabuhkan seluruh perasaanku pada seorang perempuan Teknik Kimia yang cerdas, logis, penuh semangat, agak cerewet, dan kocak. Kepribadiannya yang ekstrovert, mungkin cocok untuk menggambarkan dirinya. Awalnya, kami berinteraksi hanya sebagai rekan satu tim dan menyelesaikan tugas bersama. Namun. seiring berjalannya waktu, perlakuannya padaku dan bagaimana dia memperlakukan orang lain, membuat aku mulai tertarik dan menumbuhkan benih cinta serta rasa sayang kepadanya.
Rasa cinta dan rasa sayang itu terus ku pendam sedalam mungkin, tetapi terus berkembang dalam lubuk hati selama masa KKM berlangsung. Aku terus berusaha untuk membangun kedekatan, namun dia adalah seseorang yang sangat logis dan sistematis dalam berpikir. Terkadang perilakunya membuat ku berpikir “Bagaimana mungkin seseorang seperti dia merasakan rasa cinta? Bagaimana respon dia jika aku ungkapkan isi hati ini? Dan bagaimana jika hanya aku yang merasakan rasa cinta ini?” serta pertanyaan lainnya yang terbesit dalam kepalaku.
Dengan banyaknya pertanyaan di kepalaku, akhirnya aku mencoba menceritakan kepada saudaraku melalui aplikasi WhatsApp. Namanya Bang Farizi, dia mengatakan bahwa “Lo nggak bisa nebak isi kepala seorang wanita, yang bisa lo lakukan adalah melihat respon atau perilakunya. Maksudnya adalah, apakah ketika dia diajak ketemuan nolak atau nggak, apakah perilakunya saat bertemu dengan lo terlihat senang, atau justru terpaksa,” ujar Bang Farizi padaku.
Saat aku bercerita dengan Bang Farizi, aku menganggap dia akan menjadi pacarku, istriku atau bahkan aku sudah berpikir sangat jauh, yakni bisa membangun rumah tangga bersamanya. Hingga Bang Farizi pun mengatakan “Tapi, hal pertama yang selalu gue tekankan terlebih dahulu dan harus lo ingat adalah jangan pernah berpikir dia akan menjadi pacar,” pungkas Bang Farizi.
Setelah aku berkonsultasi dengan Bang Farizi, aku bisa merasakan ketenangan. Bang Farizi memintaku untuk jujur saja mengenai kelebihan dan kekurangan aku ketika suatu saat nanti mungkin aku akan berbincang dengan dia kembali.
Singkat cerita beberapa waktu setelah KKM, aku sering memikirkan tentang dia. Mendengarkan musik yang membuat ku gagal move on sambil berpikir, mungkin rasa ini hanya akan sesaat saja. “Cinta Monyet” mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan situasiku sekarang ini. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk mencintai seseorang dan terus memikirkannya, sebelum maupun setelah KKM berlalu.
Membaca tulisan mengenai filsafat cinta adalah jalanku untuk mencoba memahami rasa yang tengah aku rasakan selama di posko KKM. Socrates menyebut cinta adalah cara manusia menyelamatkan diri dari kematian. Penjelasan cinta dari Socrates tersebut, erat kaitannya dengan reproduksi fisik pasca penyatuan cinta lewat kelahiran manusia. Lebih lanjut, Plato memberi gambaran berbagai jenis cinta dalam buku “Symposium” dengan membaginya dalam beberapa jenis (Kamajaya, 2018):
Eros: Cinta fisik yang sensual dan penuh gairah. Rindu yang dibalut sensualitas dan hasrat;
Philia: adalah cinta sebagai sahabat. Cinta model ini adalah cinta yang tak lagi terikat hanya pada lawan jenis dan jauh dari kata sensualitas Prinsipnya adalah kedekatan, kesetaraan, memberi dan menerima;
Agape: Cinta murni yang tak bersyarat. Cinta yang tak bermodus, memberi tanpa meminta, dan mencintai tanpa berharap sebaliknya. Cinta Agape seringkali menjadi sajak romantis semisal kata klasik “seperti matahari menyinari tanpa syarat” atau seperti kata-kata renyah seorang Dilan kepada Milea; dan
Storge: Cinta alamiah yang tercipta tanpa usaha. Cinta orang tua kepada anaknya adalah contoh sempurna dari jenis cinta ini.
Sigmund Freud (Freud) memberi penjelasan tentang cinta melalui psikoanalisisnya. Ide cinta sebagai dorongan biologis menjadi titik awal penjelasan Freud tentang cinta. Teori ini didasari keyakinan bahwa peran libido beroperasi di tingkat bawah sadar, ia menyimpulkan bahwa kita jatuh cinta karena kita mengikuti kebiasaan yang terkubur pada level bawah sadar kita. Gamblangnya, cinta ideal manusia diperoleh dari masa kecil, khususnya dari kasih sayang kita kepada yang menyayangi kita. Dalam hubungan sebagai orang dewasa kita cenderung mencari pengganti cinta dan perhatian yang pernah diperoleh semasa kecil. Penjelasan Freud inilah yang kemudian menjadi pijakan penjelasan Cinta dalam kajian Psikoanalisa Jacques Lacan bahwa sejatinya tidak ada cinta murni, cinta yang saat ini dirasakan oleh setiap manusia sejatinya adalah perpaduan cinta lama (diperoleh dari alam bawah sadar) dengan cinta baru. Cinta ideal yang menjadi gambaran saat ini adalah hasil dari gambaran cinta masa lalu setiap manusia (Kamajaya, 2018).
Setiap manusia hendaknya memposisikan diri sebagai subyek bukan sasaran (obyek) cinta. Jika kita memposisikan diri sebagai obyek artinya pikiran kita terfokus pada bagaimana agar dicintai. Berbagai cara ditempuh untuk membuat diri dicintai orang bukan dengan belajar bagaimana mencintai orang lain. Belajar mencintai orang mengantarkan manusia menumbuhkan cinta yang membebaskan. Cinta membebaskan adalah cinta tanpa syarat karena mencintai menjadikan manusia terus menumbuhkembangan sifat-sifat memberi yang murni. Dalam cinta yang membebaskan ini ada proses menjadi atau terus menumbuhkan cinta murni. Berbeda jika kita memposisikan diri menjadi obyek cinta, cinta semacam ini selain bermakna dangkal seringkali juga berubah menjadi cinta memiliki. Cinta memiliki adalah lawan dari cinta yang membebaskan, cinta memiliki seringkali berujung menjadi cinta sebagai penindasan. Dengan alasan kamu adalah milikku sebagai wujud cinta, menjadikan yang dicintai terbelenggu, tidak memiliki kebebasan untuk menentukan dirinya dan tidak memberikan kebebasan demi pertumbuhan yang dicintai, tuntutan demi tuntutan kemudian menjadi aturan baku yang wajib diikuti. Cinta murni sejatinya tidak tumbuh dalam kondisi semacam ini. Cinta memiliki ini tidak hanya dangkal namun juga pseudo (Kamajaya, 2018).
Entah ada dalam jenis cinta yang mana atau seperti apa, setelah aku mencoba memahami semua perasaanku, pada saat yang sama waktu KKM telah usai. Beberapa waktu kami berpisah tanpa ada komunikasi lagi, aku mencoba untuk menarik perhatiannya lewat media sosial dengan dibantu beberapa teman, sampai akhirnya dia mungkin merasakan apa yang aku rasa. Kemudian, dia jujur akan perasaannya. Aku juga jujur dengan perasaanku lewat WhatsApp.
Kami bertemu di pelabuhan, setelah jujur akan perasaan kami lewat WhatsApp. Aku membawakan buah dan dia membawakan aku kue Bolu Siliwangi. Aku merasa sangat bahagia bertemu dengannya dan kami sedikit berbincang hal-hal random. Seiring Kapal KMP Portlink III mulai melepaskan jangkar untuk berlayar, aku mulai menutup obrolan dengan memberitahunya bahwa aku akan pulang. Dia datang bersama dengan sahabatnya, kemudian memperkenalkan aku dengan sahabatnya saat kami akan keluar menuju tempat parkiran. Aku sangat senang ketika dia memperkenalkan aku dengan salah satu orang terdekatnya.
Yang membuatku jatuh cinta bukan hanya kecantikannya, tetapi juga kecerdasan dan ketelitiannya dalam berpikir. Aku terpesona dengan cara dia menganalisis masalah dengan logika dan kecerdasan untuk mencari solusi yang tepat. Itu merupakan sesuatu yang sangat berbeda dari duniaku yang penuh dengan interpretasi dan argumentasi norma serta etika. Aku belajar banyak darinya tentang bagaimana melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.
Aku dan dia sudah “meresmikan” hubungan ini, aku mencoba menjadi seseorang yang terbaik untuknya, bersama-sama saling mengembangkan diri. Aku senang ketika dia menjadi tempatku untuk sedikit berkeluh kesah. Aku juga senang ketika dia berkeluh kesah kepadaku. Saat ini aku akan berkomitmen untuknya meskipun ada sedikit “jarak” antara kami. Entah sampai kapan perasaan ini akan bertahan, aku akan berusaha sebaik mungkin menjaga komitmen itu.
Beberapa orang mungkin berpikir “pacaran” adalah hal yang dilarang dalam suatu agama atau mengkonotasikan hal tersebut negatif, tetapi aku mendefinisikannya sebagai suatu kegiatan positif dengan batasan-batasan tertentu dengan satu tujuan tertentu yang pada akhirnya ketika satu tujuan tertentu tersebut sudah tercapai, maka akan ada tujuan lain yang menanti, kemudian terus berlanjut hingga akhir hayat memisahkan. Terdengar klise memang, tetapi aku akan tetap berusaha mengedepankan pemikiran yang logis dalam menjalani hubungan ini.
Bersambung…..
Penulis : Muhammad Haikal M./Mahasiswa Fakultas Hukum Untirta
Editor : Ardhilah/BU
congrats! please take good care of my best friendDdd i’ll tag u!!!
Ugh, this story got me feeling all sorts of jelly. Can’t believe haikal spilling all the tea about his love life. ☕️ And ofc, Bet he’ll drop a whole novel about his ‘poor, tortured soul’ next. But fr, who’s this mystery chick he’s on about? Gotta do some serious recon and find out.️♀️