Bidikutama.com – Musik punk/hardcore kerap diidentikkan dengan nuansa kekerasan dan perlawanan terhadap sistem sosial yang dianggap mengekang kebebasan. Meski kegiatan gigs sering dikaitkan dengan alkohol dan narkoba sehingga memunculkan stigma buruk, terdapat kelompok penganut prinsip straight edge yang justru menolak penggunaan zat-zat tersebut. Selasa (10/12)
Straight Edge dicetuskan oleh Ian MacKaye saat membuat lagu untuk bandnya, Minor Threat, yang rilis pada 1981. Lagu ini mencerminkan keresahannya terhadap kebiasaan anak punk pada masa itu yang sering kecanduan alkohol dan narkoba, yang menurutnya membuat teman-temannya terlihat aneh setelah menggunakan zat-zat tersebut.
“(Pada tahun 1970-an) apa yang aku lihat hanya orang-orang teler. Saat SMA, aku cinta semua temanku, tapi mereka hanya berpesta. Sangat mengecewakan kalau satu-satunya bentuk pemberontakan mereka hanyalah menghancurkan diri sendiri,” ungkap Ian pada 2013. Menurutnya, tidak mengonsumsi alkohol dan narkoba adalah bentuk pemberontakan yang sebenarnya.
Ketika Straight Edge dirilis pada 1981, musik punk sudah berjalan satu dekade, sehingga kehadirannya menjadi gebrakan di kalangan pelaku dan penikmat musik punk. Gerakan ini kemudian berkembang menjadi prinsip gaya hidup bagi mereka yang memilih untuk tidak mengonsumsi alkohol dan narkoba.
Dalam skena punk/hardcore, simbol silang “X” di tangan menjadi identitas para penganut Straight Edge. Sebelumnya, simbol ini digunakan di gigs untuk menandai anak di bawah umur agar tidak membeli alkohol.
Seiring waktu, Straight Edge melahirkan generasi-generasi baru dengan tambahan prinsip hidup sehat yang lebih beragam. Beberapa di antaranya bahkan menolak mengonsumsi daging, sementara aliran yang lebih radikal memaksakan prinsip mereka kepada orang lain hingga melakukan tindakan kekerasan.
Dengan demikian, masyarakat seharusnya tidak memandang skena punk/hardcore sebagai sesuatu yang menakutkan. Selain golongan Straight Edge, pelaku dan penikmat punk/hardcore memiliki sisi positif, seperti solidaritas tinggi dan kepedulian terhadap sesama, yang terlihat saat mereka saling membantu di gigs meskipun tidak saling mengenal.
Penulis: Ikhwan/BU
Editor: Ardhilah/BU