Bidikutama.com – Pada Sabtu (6/6) malam lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) telah menginisasi konsolidasi akbar tentang penurunan uang kuliah tunggal (UKT) secara daring. Ada sejumlah poin-poin yang dihasilkan dalam konsolidasi tersebut, termasuk di antaranya ialah wacana-wacana kampanye. (9/6)
Merujuk pada notula konsolidasi yang telah dirilis oleh BEM KBM, terdapat enam macam kampanye yang akan dilakukan oleh KBM. Adapun nantinya kampanye tersebut dilakukan secara bertahap, dimulai dari tag Instagram, naikkan tagar Twitter, mengirimkan pesan WhatsApp ke Rektor Untirta, mengirimkan surat permohonan ke Rektor Untirta, aksi massa, dan yang paling akhir adalah mogok UKT.
Terkait dengan kampanye berupa pengiriman pesan WA ke Rektor, Fatah Sulaiman, Ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Naufal Muzaki, mengatakan bahwa hal tersebut sah-sah saja apabila telah didukung oleh landasan data yang kuat serta hasil kajian yang konkrit.
“Ke depannya gerakan mahasiswa tersebut dalam memberikan pesan serentak ke dalam WA Pak Rektor bisa ditindaklanjuti oleh pihak rektorat, terutama soal pemotongan UKT. Sekali lagi, yang penting gerakan tersebut punya dasar kuat dan kajian secara mendalam,” kata mahasiswa asal jurusan Ilmu Pemerintahan itu.
Naufal menambahkan, perihal kampanye berupa pemogokan bayar UKT merupakan langkah yang diambil apabila keluhan mahasiswa masih tidak digubris oleh pihak rektorat. Menurutnya, meskipun tergolong ke dalam gerakan yang radikal, hal itu wajar dilakukan karena sebelumnya telah ditempuh melalui jalur yang soft.
“Jangan sampai aksi yang dinilai paling akhir ini hanya membuat kita terlihat bodoh karena tidak adanya data dan hasil kajian mendalam. Dua aksi tersebut juga ketika berlangsung, maka itu merupakan bagian dari bentuk ekspresi kekecewaan mahasiswa terhadap rektorat. Dan menurut saya itu sah-sah saja, toh kebebasan berekspresi diatur dalam undang-undang, yang penting tidak melakukan perbuatan vandalisme,” tandasnya.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa yang ikut hadir dalam konsolidasi namun tak ingin disebutkan namanya menilai bahwa kampanye pengiriman pesan WA ke Rektor merupakan langkah yang tepat agar pihak rektorat lebih mendengar keluhan mahasiswa.
“Kalau membahas mogok UKT, itu adalah puncak dari perjuangan kawan-kawan mahasiswa dalam melakukan kampanye itu sendiri karena memang sulitnya rektorat untuk sadar memikirkan mahasiswa yang telah melakukan kampanye sebelumnya. Dari kampanye ini kawan-kawan mahasiswa pun ingin tahu sikap dari rektorat tersebut, jika memang untuk tidak membayarkan UKT, akankah ada respon yang baik atau memikirkan dari nasib dari kawan-kawan mahasiswa di masa pandemi seperti ini,” pungkasnya.
Kepada Tim Bidik Utama, dirinya berharap agar pihak rektorat dapat berpikir dengan jernih apabila pemogokan bayar UKT benar-benar terjadi. “Memang cara ini sangat diragukan bagi mahasiswa lain. Tapi, cara inilah yang semoganya pasti untuk rektorat berpikir dan memberikan tindakan yang membantu mahasiswanya, dan semoga kawan-kawan mahasiswa lainnya ikut bersama sama,” tutup mahasiswa tersebut.
Reporter : Mira/BU
Penulis : Audi/BU
Editor : Rara/BU