Bidikutama.com – Himpunan Mahasiswa (Hima) Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) mengadakan kegiatan Workshop Bahasa Isyarat dengan tema “Semua Bisa Berbicara” di Aula PSBB MAN 2 Kota Serang, Kamis (22/11).
Workshop ini bertujuan untuk memperkenalkan bahasa isyarat kepada masyarakat luas, agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan teman-teman tuli sehingga sejalan dengan visi untuk mewujudkan “Indonesia Ramah Disabilitas” dan “Indonesia Inklusif”.
Kegiatan ini dihadiri oleh Pusat Bahasa Isyarat Indonesia, Akademisi Prodi PLB Untirta, DPC Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) Kota Serang, dan tamu undangan dari beberapa ormawa FKIP Untirta. Sedangkan untuk pesertanya berasal dari mahasiswa dan beberapa guru sekolah khusus yang ada di Banten.
Workshop ini merupakan salah satu rangkaian dari acara Semarak HDI (Hari Disabilitas Internasional) 2018, yang mana merupakan agenda tahunan yang jatuh pada tanggal 3 Desember mendatang.
Afifa Priyatna Difantri selaku Ketua Pelaksana Semarak HDI 2018 menuturkan, “Menurut saya, bahasa isyarat adalah bahasa yang digunakan oleh anak dengan hambatan pendengaran. Melalui workshop ini, diharapkan dapat mewujudkan Indonesia Inklusif,” ucapnya.
Iwan Sastrayawan Setyohadi selaku pemateri pertama menyampaikan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari enam bahasa isyarat yang berbeda seperti Kolok, Makassar, Yogyakarta, Jakarta, Pare-Pare, dan Pontianak. “Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) adalah bahasa isyarat alamiah yang digunakan oleh komunitas tuli dalam budaya tuli, bukan bahasa standarsiasi,” jelasnya.
Toni Yudha Pratama, M.Pd, selaku pemateri kedua menyampaikan metode komunikasi anak dengan hambatan pendengaran adalah oral/ oralisme dan isyarat/ manualisme, bisa digunakan keduanya, campuran (combined system). “Metode komunikasi yang digunakan untuk anak dengan hambatan pendengaran adalah oral (baca: membaca gerakan bibir), isyarat, dan gabungan atau biasa kita sebut komunikasi total,” jelas Toni saat menyampaikan materinya.
Yayang Julianti salah satu peserta Workshop Bahasa Isyarat berpendapat, menurutnya acara ini bermanfaat bagi dirinya sebab bahasa isyarat akan dibutuhkan untuk di masa depan ketika mengajar ABK, “Karena saya dari jurusan PLB, jadi harus mengetahui bahasa yang akan digunakan untuk anak berkebutuhan khusus, khusunya anak dengan hambatan pendengaran menggunakan bahasa isyarat. Saya butuh itu (baca: bahasa isyarat) untuk mengajar anak-anak nanti,” kata Mahasiswi Prodi Pendidikan Luar Biasa Untirta semester 3 itu.
“Karena setiap daerah punya bahasa isyarat berbeda. Misalkan teman tuli dari Serang bertemu dengan teman tuli dari Jakarta menggunakan bahasa isyarat SIBI sesuai dengan daerah masing-masing tidak nyambung untuk berkomunikasi, maka menggunakan bahasa isyarat Bisindo bisa nyambung untuk berkomunikasi,” harap Iwan kepada para peserta, khususnya mahasiswa PLB Untirta.
Penulis : Saarah/BU
Editor : Thoby/BU