Bidikutama.com – Demonstrasi dilakukan Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Aksi yang dipimpin langsung oleh Presiden Mahasiswa Untirta ini, dilakukan didepan gedung Rektorat dan dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan aksi mengajak seluruh mahasiswa Untirta untuk ikut berpartisipasi menuntut pihak rektorat, Kamis (01/10).
Aksi yang bertepatan dengan hari jadi Untirta ke 34 ini, menuntut beberapa hal terkait penurunanserta transparansi Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dirasa proses penetapan penggolongannya tidak adil dan belum tepat sehingga dibutuhkan pengkajian lebih lanjut. Kedua, transparansi MOU dan evaluasi kinerja Royal Parking sebagai pihak yang mengelola parkir di Untirta.
Selanjutnya hal ketiga yang dituntut oleh mahasiswa, keterbukaan terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Lembaga (RKAL) 2016, lalu terkait reformasi birokrasi pelayanan kampus yang dirasa carut marut. Tuntutan terakhir adalah kejelasan akan kelanjutan pembangunan dan penggunaan laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Terpadu, Pembangunan kampus di Sindang Sari serta kampus Ciwaru.
Dalam aksinya para mahasiswa merasa dikecewakan karena Prof Soleh Hidayat, Rektor Untirta sebagai pihak yang dituntut baru menyambangi mahasiswa pukul 12.45 WIB,padahal aksi sudah berlangsung dari tiga jam sebelumnya. Ditambah lagi dengan sikap rektor yang tidak mau menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) atas tuntutan dari mahasiswa. Selain itu jangka waktu yang diberikan tidak dapat disanggupi karena oleh pihak rektorat dirasa tidak cukup untuk memenuhi semua tuntuan yang diajukan.
Sebagai gantinya, Rektor yang menjabat pada periode kedua ini membuat surat pernyataan bertulis tangan dengan materai Rp.6000 untuk mengkaji ulang dan akan menyanggupi beberapa hal yang disampaikan mahasiswa dalam aksinya.
Presiden Mahasiswa Untirta, Fahmi menanggapi bahwa pihak rektorat belum berani mengambil sikap untuk memenuhi semua tuntutan yang dilayangkan. “Sebagai pemimpin seharusnya beliau berani menandatangani surat tuntutan yang kami layangkan dan menyanggupi pemenuhannya dalam jangka waktu yang diberikan yaitu satu bulan terhitung hingga satu November mendatang,” ujarnya.
Aksi yang juga bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila ini tidak hanya dilakukan dengan orasi penyampaian aspirasi dan pembakaran ban, namun pemboikotan gedung kuliah dilakukan untuk mengajak mahasiswa memperjuangkan hak mereka. Masa aksi pun sempat menerobos masuk gedung rektorat. Tindak ini dilakukan sebagai bentuk ketidakpuasan mahasiswa atas belum terpenuhinya hak-hak mahasiswa yang seharusnya didapat.
Ida Handiani, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini menanggapi bahwa aksi mahasiswa kali ini dirasa penting dilakukan untuk mengingatkan pihak atas, atas apa yang seharusnya dilakukan. Melakukan kewajiban pembenahan permasalahan kampus dan pemenuhan hak terhadap mahasiswa salah satunya.
“Kami sebagai peserta aksi menuntut pembenahan polemik kampus seperti penetapan UKT yang kami rasa tidak sesuai, birokrasi kampus tidak baik, pengadaan sarana prasarana serta ketidakseriusan penyelesaian pembangunan,” kata mahasiswa semester tiga ini.
Lanjutnya, dalam aksi kali ini diharapkan akan ada perubahan dan pembenahan serius di kampus. Bukan hanya janji namun bukti nyata pembangunan seharusnya terlihat. Menurutnya apa yang mahasiswa tuntut kali ini tidak lain untuk kemajuan Untirta menuju kampus yang lebih baik lagi.(Alfi, Desti/BU)