Bidikutama.com — Dalam rangka mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbutristek) telah meluncurkan berbagai program inovatif. Salah satu program yang mencuri perhatian adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM). (16/3)
PMM merupakan platform edukasi yang menjadi teman penggerak untuk pendidik dalam mewujudkan Pelajar Pancasila yang memiliki fitur belajar, mengajar, dan berkarya. Platform ini hadir dari inovasi Kemendikbudristek yang tujuan utamanya untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan di seluruh negeri dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
PMM memungkinkan guru dan relawan pendidikan memberikan pelajaran tambahan secara daring dengan jangkauan yang semakin luas ke daerah-daerah yang sulit akan akses pendidikan.
Meskipun PMM dinilai bagus dan menarik, tak membuatnya luput dari perdebatan, terutama soal kecocokan bagi guru usia lanjut. Tidak bisa dipungkiri, PMM memiliki tantangan sendiri, terutama untuk guru senior.
Mengapa PMM mungkin kurang cocok bagi guru senior? bagaimana solusi untuk membuat pendidikan digital jadi lebih inklusif?. Yuk kita simak!
PMM hadir sebagai langkah inovatif dalam menjawab tantangan pendidikan modern. Konsep “Merdeka Mengajar” mencerminkan semangat kemandirian dalam pendidikan, dimana masyarakat secara aktif terlibat dalam meningkatkan mutu pendidikan tanpa harus tergantung pada sumber daya dan program formal dari pemerintah. PMM juga bertujuan untuk mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan antara berbagai daerah, serta antara sekolah-sekolah di berbagai tingkatan. Dengan memberikan akses ke pengajaran tambahan dari guru dan relawan yang berkualitas, PMM membantu menyamakan peluang belajar bagi semua siswa, terlepas dari latar belakang mereka.
PMM ini juga memberikan peluang kepada guru-guru muda mengajar di daerah-daerah yang jarang terdapat guru mudanya. Guru-guru muda tersebut dapat membantu kualitas pendidikan jadi lebih baik. Mereka juga bisa mendapatkan pengalaman mengajar yang bermanfaat sambil membuat komunitas yang solid sehingga guru-guru muda bisa turun tangan langsung membantu pendidikan di daerah yang butuh bantuan, selain itu platform ini juga dapat membantu memperluas relasi guru-guru. PMM menyediakan berbagai macam alat dan layanan untuk belajar melalui internet, hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Seperti yang dibahas sebelumnya, PMM punya tantangan sendiri, terutama bagi guru senior.
Apa saja tantangannya? Pertama, soal literasi digital. Untuk menggunakan PMM, kita harus bisa teknologi, seperti mengoperasikan komputer, akses internet, dan sebagainya. Bagi sebagian guru yang sudah terbiasa dengan metode pengajaran konvensional, proses pembelajaran daring dapat menjadi hal yang menakutkan dan membingungkan. Hal ini menciptakan kesenjangan digital di antara guru-guru senior yang memerlukan pelatihan tambahan untuk menguasai teknologi yang diperlukan dalam PMM.
Selain itu, PMM juga menuntut keterlibatan dan fleksibilitas waktu yang tinggi dari para guru. Bagi sebagian guru senior yang telah menghabiskan puluhan tahun dalam profesi mereka, mengalokasikan waktu tambahan untuk PMM bisa menjadi tantangan yang cukup besar. Mereka mungkin memiliki tanggung jawab keluarga atau kesibukan lain di luar sekolah yang membuat sulit bagi mereka untuk menyisihkan waktu tambahan untuk mengajar di luar jam kerja mereka.
Lalu, tantangan PMM selanjutnya yaitu update sistem, jadi sistem antarmukanya selalu berubah. Hal ini membuat guru senior kerepotan mengikuti perubahan itu. Kemudian soal dukungan teknis, mereka mungkin butuh bantuan teknis, tapi tidak semua sekolah punya staf yang cukup untuk bantuan teknis yang memadai.
Hal yang paling penting juga soal pikiran dan semangat. Tidak semua guru senior punya semangat untuk belajar hal baru, apalagi soal teknologi. Mereka bisa nyaman dengan metode lama dan tidak mau keluar dari zona nyaman.
Dari segala macam tantangan di platform ini, ada banyak solusi yang bisa dicoba. Seperti pelatihan khusus untuk guru senior. Kemendikbudristek bisa mengadakan pelatihan yang lebih sederhana dan mempertimbangkan literasi digital mereka (guru senior). Lalu bisa juga dibentuk program pendampingan dengan guru muda yang paham teknologi, agar dapat saling bantu dan belajar. Selain itu, PMM juga bisa menyediakan modul dan video tutorial yang mudah dipahami. Guru bisa akses kapan saja, secara online ataupun offline.
Jadi, sebetulnya PMM memang bagus, dapat mendorong kualitas pendidikan di Indonesia. Tapi untuk guru senior, ada tantangan tersendiri. Penulis berharap semoga kesenjangan digital bisa diatasi dan guru senior bisa memanfaatkan PMM dengan maksimal untuk mendukung pembelajaran yang lebih kreatif dan fokus pada murid.
Penulis : Alya Nirmala Sari/ Mahasiswa Pendidikan Matematika Untirta
Editor : Rani/BU