Bidikutama.com – Dilansir dari detik.com, Menteri Pendidikan yang baru berencana mengembalikan elemen-elemen sistem pendidikan lama karena dinilai lebih cocok untuk konteks Indonesia. Sistem tersebut menekankan pengembangan karakter siswa, penanaman nilai-nilai budaya, dan keterampilan hidup yang lebih aplikatif dibanding sekadar fokus pada hasil ujian. Rabu (27/11)
Beberapa poin penting yang dikedepankan dalam penerapan sistem lama ini termasuk penekanan pada mata pelajaran yang memupuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Dalam sistem pendidikan sebelumnya, mata pelajaran seperti Pendidikan Moral dan Kewarganegaraan (PPKN) serta Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) memiliki porsi yang cukup besar dalam kurikulum. Kembalinya kurikulum ini diharapkan dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter kuat dan sikap peduli terhadap lingkungan serta masyarakat sekitar.
Langkah ini juga diambil untuk mengatasi masalah belajar berlebihan yang banyak dikeluhkan oleh siswa dan orang tua. Dalam beberapa tahun terakhir, siswa Indonesia merasa sangat terbebani dengan jadwal yang padat dan beban ujian yang berat, sehingga waktu untuk eksplorasi dan pengembangan minat di luar sekolah menjadi sangat terbatas. Dengan diterapkannya sistem lama, beban ujian yang terlalu tinggi akan dikurangi dan diimbangi dengan penguatan pembelajaran berbasis proyek serta aktivitas praktis yang membantu siswa mempraktikkan teori yang mereka pelajari di kehidupan nyata.
Selain itu, evaluasi hasil belajar siswa juga akan mengalami perubahan. Jika selama ini penilaian siswa lebih banyak berdasarkan tes tertulis, ke depannya penilaian akan lebih komprehensif, mencakup aspek-aspek lain seperti keterampilan kerja kelompok, kemampuan komunikasi, dan kreativitas. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan ketergantungan pada nilai angka semata dan membantu guru serta orang tua melihat perkembangan siswa secara lebih utuh.
Namun, kebijakan ini juga menimbulkan sejumlah tantangan, terutama dari sisi penyesuaian fasilitas pendidikan dan kesiapan guru. Kembalinya sistem lama memerlukan penyesuaian dalam pelatihan guru agar mereka mampu mengajar dengan pendekatan yang lebih kolaboratif dan aplikatif. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk memberikan pelatihan intensif kepada guru agar mereka bisa menerapkan metode-metode pengajaran yang baru namun relevan dengan konteks kurikulum lama, serta akan memperbarui fasilitas belajar yang mendukung pembelajaran berbasis proyek dan kegiatan praktis di lapangan.
Respon masyarakat terhadap kebijakan ini cukup beragam. Sebagian besar orang tua dan siswa menyambut baik karena mereka menganggap bahwa sistem yang lebih fleksibel dapat memberi anak lebih banyak ruang untuk belajar dan berkembang sesuai minatnya. Tetapi, ada juga yang khawatir kebijakan ini akan membingungkan siswa dan orang tua yang sudah beradaptasi dengan kurikulum sebelumnya.
Dilansir dari voaindosenia.com, para pengamat pendidikan pun menyarankan agar pemerintah tidak terburu-buru dalam melakukan perubahan ini. Mereka menekankan pentingnya studi mendalam untuk memastikan kebijakan baru ini benar-benar efektif dan membawa manfaat yang signifikan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan keputusan untuk kembali ke sistem lama dapat memberikan solusi yang tepat bagi tantangan-tantangan dalam pendidikan di Indonesia.
Penulis: Natasya/BU
Editor: Rani/BU