Bidikutama.com – Baru–baru ini Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia Gen Z yang berusia 15-24 tahun ialah menganggur atau tanpa kegiatan (Not in Employment, Education, and Training/NEET). Fenomena maraknya pengangguran dikalangan Gen-Z menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. Rabu (5/6)
Data diatas menunjukkan sebuah problematika yang sangat serius yang akan dihadapi Indonesia beberapa tahun ke depan. Tingginya pengangguran khususnya bagi Gen-Z akan menjadi beban tersendiri bagi negara kita ke depan. Dampak yang akan ditimbulkan adalah tekanan mental bagi para Gen-Z itu sendiri yang mengakibatkan stres dan tekanan mental yang berkepanjangan.
Hal tersebut tentunya akan berdampak kepada tekanan sosial dan ekonomi yang kemudian akan menjadi beban sosial bagi masyarakat. Hal yang sangat ditakutkan adalah akan berdampak terhadap semakin meningkatnya kriminalitas, tawuran massal, kekerasan sosial serta beberapa dampak negatif sistemik lainnya yang ditimbulkan oleh pengangguran dari kalangan Gen-Z ini.
Sisi Gelap Gen-Z
Beberapa kelemahan dari Gen-Z ini adalah mereka memiliki keterbatasan dalam keterampilan sosial, mereka sangat individualis dan pada akhirnya mereka lemah dalam bekerja sama atau membangun team work yang kuat. Mereka lebih senang untuk bekerja sendiri dan mandiri sehingga tingkat kepedulian dan kepekaan sosialnya sangat terbatas.
Hal negatif yang ditengarai terjadi pada Gen-Z ini adalah mereka tidak memiliki mental yang kuat, bahkan ada kecenderungan manja dan bermental “tempe”. Dengan tantangan dan kompetisi dunia yang maha berat ini, maka kekuatan mental juga menjadi kekuatan utama menuju kesuksesan dalam bekerja atau membangun bisnis. Dunia kerja saat ini sangat membutuhkan adanya ketahanan mental yang sangat kuat ditunjang dengan kemampuan dan keterampilan interpersonal serta budaya kerja yang kuat.
Kondisi riil menunjukkan bahwa Gen-Z sangat lemah dalam hal keterampilan interpersonal dan rendahnya budaya kerja. Keterampilan interpersonal ditandai dengan kemampuan komunikasi dan human relation skill yang kuat dalam membangun team work yang kuat dan handal. Sedangkan budaya kerja ditunjukkan dengan perilaku disiplin yang sangat kuat.
Tingginya tingkat stress dalam dunia kerja menjadi tantangan tersendiri bagi Gen-Z yang relatif lemah dalam masalah ini. Dunia bisnis sangat tinggi tuntutan dan tekanannya, dimana setiap hari dunia bisnis dikejar-kejar dengan target dan deadline yang harus dipenuhi. Ketika Gen-Z tidak mampu mengelola menajemen stress ini, maka mereka akan menghadapi stress mental yang beruujung pada kegagalan. Pelatihan manajemen stress bagi Gen-Z menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan guna menguatkan mental mereka.
Prospek Masa Depan
Pada dasarnya Gen-Z memiliki prospek masa depan yang sangat cerah apabila dikelola dalam sebuah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan kerja yang kondusif dan mendidik. Sisi gelap itu pada akhirnya akan berubah menjadi cerah dengan beberapa treatment yang perlu dilakukan antara lain:
Pertama, memperdalam dan mengembangkan kemampuan interpersonal skill dalam bentuk communication skill, leadership skill, organizational skill dan social skill.
Kedua, Memperdalam dan mengembangkan achievement motivation serta manajemen stress sebagai bentuk penguatan mental agar mampu bersaing dalam dunia bisnis yang penuh dengan ketidakpastian.
Ketiga, Hal yang terpenting yang pelu menjadi landasan utama guna menopang kedua hal diatas adalah perlunya meningkatkan Emotional, Spiritual, Quation (ESQ).
Keempat, Hal yang terpenting bagi Gen-Z adalah bagaimana menciptakan kerja dan bukan mencari kerja. Keterbatasan lapangan kerja formal akan diatasi apabila para Gen-Z mampu menciptakan lapangan kerja baru. Dengan kemampuan teknologi yang sangat baik diharapkan mampu menciptakan inovasi yang kemudian dapat dikembangkan sebagai bisnis yang maju dan berkembang.
Penulis : Agus Sjafari/Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Untirta
Editor : Adzika/BU