Bidikutama.com – Agama merupakan hal yang tidak akan pernah bisa dinegasikan posisi atau eksistensinya dalam kehidupan manusia. Sekiranya dari dulu sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Keberadaan agama sangat diperlukan bagi manusia untuk dapat membentengi diri dari kebatilan dan dhulumat dunia. Pergesekan antara kepentingan manusia melawan kepentingan manusia yang lainnya bersifat tentatif, tidak bisa diperkirakan, dan ditentukan kapan akan berhenti. (8/6)
Kapitalisme dan Sosialisme, dua paham yang sekiranya dari dahulu sampai sekarang tidak pernah akur dalam mengonsepkan sebuah sistem ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu teritori. Keduanya terus berkompetisi untuk meraih panggung dunia, menjadi titik sentral, perhatian, dan role model dunia. Kapitalisme lahir dari liberalisme yang menjunjung tinggi kebebasan individu dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang ditekankan pada kebebasan untuk bersaing dalam ekonomi atau perdagangan yang akhirnya bertransformasi menjadi kebebasan dalam monopoli.
Monopoli sendiri secara tidak langsung akan memberikan nuansa anti HAM secara implisit yang tidak memberikan dan menahan kesempatan pihak lain dalam berkembang. Sosialisme pun demikian, alih-alih keadilan sosial komutatif utopis dan masyarakat tanpa kelas yang diagung-agungkan, tetapi banyak sekali sifat buruk yang tersembunyi di dalamnya, keadilan yang digaungkan seringkali berlawanan dengan HAM yang mematikan kreativitas dan kebebasan individu secara absolut.
Lalu seharusnya kemana kita harus berkiblat sebagai muslim, Kapitalisme atau Sosialisme? Muslim tidak perlu untuk condong kepada keduanya, karena keduanya merupakan produk atau resultan yang lahir dari rahim filsafat materialisme yang menegasikan dunia metafisik seperti keberadaan Tuhan dan malaikat. Jelas filsafat ini bertentangan dengan Islam.
Islam sendiri sebenarnya telah mengadopsi nilai-nilai baik yang terkandung di dalam dua ideologi tersebut. Namun, perlu diingat bahwa Islam bukanlah ideologi, Islam tidak bisa dikatakan sebagai ideologi karena ideologi merupakan hasil pikir manusia, sedangkan Islam ialah ajaran yang langsung diturunkan oleh Tuhan ke bumi melalui nabi-nabi terdahulu.
Islam melalui Al-Qur’an mengakui HAM dan kebebasan dalam berdagang yang tercantum di dalam Al-Qur’an seperti surat Al-Baqarah ayat 256 tentang kebebasan dalam beragama, surat Al Maidah ayat 32 tentang hak hidup, dan Surat Al-A’raf ayat 85 tentang berjualan dengan jujur. Bahkan Nabi sendiri merupakan seorang pedagang, artinya di dalam Islam sendiri HAM dan kebebasan dalam berdagang dijamin secara utuh. Namun jelas ketamakan, kerakusan, atau monopoli atas nama kebebasan berdagang dan HAM tidak diperbolehkan.
Begitu pun dalam Sosialisme, nilai-nilai baik di dalamnya telah terkandung di dalam Al-Qur’an seperti di dalam surat Al Humazah ayat 1-4 dimana Allah mengutuk para manusia yang menumpuk hartanya, surat Al-Baqarah ayat 188 tentang pelarangan eksploitasi tenaga manusia dan hadits nabi Muhammad SAW tentang kesetaraan yang berbunyi “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta kalian, tetapi ia melihat hati dan perbuatan kalian”. Hadits ini bermakna dalam karena sejatinya masyarakat tanpa kelas tidak bisa diwujudkan berdasarkan kacamata materi, masyarakat tanpa kelas hanya bisa tercipta dalam pandangan ilahi, maka yang dapat membedakan derajat dan posisi mereka adalah ketakwaan kepada Allah SWT.
Sudah sangat jelas bahwasanya sebagai seorang muslim kita haruslah condong pada agama kita sendiri yakni Islam, umat muslim sendiri telah disebutkan di dalam Al-Quran tepatnya pada surat Al – Baqarah ayat 143 bahwasanya umat muslim adalah ummatan wasahatan atau kaum penengah. Maka dari itu tidak ada yang perlu dibela mati-matian karena keduanya jelas memiliki sisi buruk tersembunyi dibalik kemegahan tujuan yang mungkin tidak disadari oleh para pengikutnya.
Penulis : Dio Fachmi Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Untirta
Editor : Uswa/BU