Bidikutama.com — Tempo hari, jagat permusikan dihebohkan dengan launchingnya lagu Tulus, yang berjudul “Hati-hati di Jalan”. Lagu tersebut seakan menghipnotis semua pecinta musik, baik yang sedang mengalami masa mellow maupun tidak. Pasalnya, terlepas liriknya mengandung unsur perpisahan atau tidak, lagu Tulus memang enak didengar dalam kondisi apapun.
Beberapa kali saya putar tidak pernah ada rasa bosan sedikitpun, sampai saya menyadari lagu Tulus bukan hanya enak didengar tapi mengandung makna yang dalam juga mencerminkan siklus dan fase ketika berpacaran. Berdasarkan pengamatan dan analisis saya, ada empat fase dimana kita akan berpacaran, berpacaran dan mengakhiri hubungan.
1. Fase pendekatan
Fase pendekatan terletak di lirik awal.
“Perjalanan membawamu
Bertemu denganku, ku bertemu kamu”
“Sepertimu yang kucari konon, aku juga s’perti yang kaucari”
Lirik di atas menjelaskan bahwa momen awal timbulnya benih-benih cinta. Biasanya kita menemukan momen di berbagai kegiatan, misalnya di organisasi, di tempat KKM, skripsian atau pada saat ada kerjaan. Karena momen itulah kita bisa jadi saling kenal, akrab, nyaman bahkan ketergantungan, kalau gak sleep call-an ya terasa ada yang kurang aja, padahal belum pacaran. Kata orang-orang si, nikmatnya berpacaran ada pada saat PDKT.
Kalian pernah dengar istilah.
“tiga tahun pacaran akan kalah dengan yang satu bulan KKM?” Pernyataan tersebut adalah bukti bahwa cinta itu timbul karena sering bersama. Banyak juga kasus setelah beres KKM pada putus lagi. Artinya semakin sering kita bertemu dan bersama semakin besar kemungkinan kita akan saling suka. Hal ini senada juga dengan yang LDR, semakin lama tidak bertemu semakin rentan untuk menyudahi suatu hubungan
2. Fase pacaran
Setelah fase pendekatan, beranjak ke fase berikutnya, ya, fase pacaran. Fase dimana kita saling peduli, saling memprioritaskan dan salin khawatir kalau kemudian ada orang lain yang mendekat. Tapi tidak menutup kemungkinan fase ini adalah fase dimana kita merasa bosan, malas, bahkan sekadar memberikan kabar saja merasa tidak penting. Apalagi awal pacaran sudah membicarakan masa depan. Kata dosen saya kalau masih awal udah ngomongin masa depan biasanya kedepanya akan kehabisan topik dan cenderung monoton. Kalau sudah monoton erat kaitanya dengan udahan. Sebagaimana dosen saya mengibaratkan hubungan itu mirip diagram tegangan regangan pada baja tulangan. Kalau baja sudah plastis (monoton), biasanya baja akan klimaks dan mengalami keruntuhan (putus) begitu juga dalam hal pacaran.
Hal ini tercermin dalam lirik dibawah ini :
“Kukira kita asam dan garam
dan kita bertemu di belanga
kisah yang ternyata tak seindah itu”
3. Fase putus
Fase ini adalah fase yang tidak diinginkan bagi setiap pasangan. menurut fitrahnya, dibalik pertemuan pasti ada perpisahan. Kata sahabat Minke dalam film bumi manusia, dibalik cinta ada derita. Mungkin putus adalah salah satu penderitaan dalam berpacaran.
Secara tidak langsung lirik dalam lagu hati-hati di jalan mengira akan bersama, mengira tidak akan ada kendala ternyata faktanya justru sebaliknya.
“Kukira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Kukira takkan ada kendala
Kukira ini ‘kan mudah
Kau, aku jadi kita”
4. Fase moveon
Fase yang terakhir adalah fase moveon (bergerak). Fase ini adalah fase dimana kita saling melupakan, saling mengambil pelajaran tentunya saling memaafkan dan berdamai dengan masa lampau. Seperti yang tertuang dalam lirik ini, secara gamblang Tulus menggambarkan sebuah harapan setelah putus semoga tidak ada rindu.
“Semoga rindu ini menghilang
Konon katanya waktu sembuhkan
Akan adakah lagi yang sepertimu?”
Cinta terasa begitu konyol serta plot twist yang bisa hadir dalam setiap cerita dua insan yang saling berhubungan, akhir cerita ‘Terkadang yang Se-iman belum tentu Se-amin.’
Penulis : Yovi Maulana/Mahasiswa Teknik
Editor : Owen/BU