Bidikutama.com – Sejumlah organisasi eksternal menyampaikan pandangannya atas respons rektorat yang menyesalkan adanya aksi tagar #untirtakokpelit. Mereka memuat pandangannya dalam bentuk pernyataan sikap tertulis. (15/6)
Salah satunya ialah Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) Ranting Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Mereka menilai, seharusnya rektorat memberikan dukungannya atas perjuangan mahasiswa, bukan malah sebaliknya.
“Namun, bukannya mendukung perjuangan mahasiswanya, kampus Untirta malah memposisikan dirinya bertolak belakang dengan perjuangan demokratis mahasiswa,” ujar Ketua Seruni Ranting Untirta, Ega Khairunisa, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/6).
“Melalui laman Facebook WR II yang menunjukkan penyesalan terhadap gerakan mahasiswa Untirta, dan malah membanggakan diri seolah-olah menampilkan kebaikan kampus dalam memberikan subsidi kuota dan pemotongan UKT terhadap mahasiswa,” sambungnya.
Selain Seruni, Front Mahasiswa Nasional (FMN) Ranting Untirta pun menyatakan sikapnya. Melalui ketuanya, Heri Fransisco, mereka mengutip pernyataan Wakil Rektor (WR) III Bidang Kemahasiswaan, Pengembangan Karir, dan Hubungan Alumni, Suherna, bahwasannya tuntutan pembebasan UKT tak seharusnya dialamatkan kepada pihak kampus.
“Muncul sebuah statement pihak rektorat, dalam hal ini WR III, dalam wawancaranya di BantenNews.co.id yang berbunyi ‘Kalau permintaannya membebaskan biaya UKT itu usulannya bukan ke kampus, tapi ke Kemenristekdikti’,” tulisnya, Sabtu (13/6).
Pernyataan Suherna di atas serta unggahan WR II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, Pengelolaan Keuangan, SDM, dan Fasilitas, Kurnia Nugraha, pada Facebook pun dinilai FMN sebagai bentuk gimmick saja, seolah-olah telah meringankan beban mahasiswa.
“Dan postingannya di laman Facebook WR II yang seolah-olah menampilkan kebaikan kampus dalam memberikan subsidi kuota dan pemotongan UKT kepada mahasiswa akhir dan pernyataan pihak rektorat kepada mahasiswa saat audiensi bahwa Untirta mengalami defisit,” tambah Heri.
Tak hanya Seruni dan FMN, Serikat Demokratik Mahasiswa Nasional (SDMN) Komite Untirta juga angkat bicara. Senada dengan Heri, Afifah Qurotul Ain selaku Ketua SDMN menuturkan bahwa pihak kampus merasa telah membuat kebijakan yang meringankan bebas mahasiswa, padahal tidak didasari dengan kondisi objektifnya.
“Tanggapan pihak rektorat tersebut membuktikan bahwa kampus seolah-olah sudah memberikan langkah yang meringankan mahasiswanya namun, tidak didasari dengan kondisi objektif nyata dari mahasiswanya. Pihak rektorat seolah-olah memukul rata kesanggupan mahasiswa, selain mahasiswa yatim-piatu, dalam membayar UKT,” imbuhnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/6).
“Apabila langkah yang dilakukan kampus sudah tepat, seharusnya tidak ada lagi mahasiswa yang menuntut tentang bagaimana nasib mereka, hingga tagar #untirtakokpelit menjadi trending topic nomor satu Indonesia di platform Twitter,” tutup Afifah.
Ketiga ormawa itu juga menilai bahwa pernyataan yang dilontarkan Suherna soal akan melaporkan ke pihak berwajib apabila ditemukan adanya tulisan yang memuat ujaran kebencian terhadap Untirta adalah wujud anti kritik kampus terhadap mahasiswanya.
Di akhir masing-masing keterangan tertulisnya, mereka serentak mengecam segala bentuk pembungkaman terhadap gerakan mahasiswa Untirta, serta menyerukan kepada seluruh mahasiswa untuk semakin mengintensifkan perjuangan dan memperbesar persatuan untuk menuntut hak demokratis mahasiswa dan melawan kebijakan Untirta yang anti terhadap mahasiswa.
Penulis : Yuni/BU
Editor : Rara/BU