Bidikutama.com – Hampir sepanjang tahun 2020 ini kita merasakan wabah pandemi Covid-19. Hal tersebut tentunya menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Anjuran untuk tetap di rumah sebagai kebijakan physical distancing juga memiliki pengaruh secara emosional, karena membuat aktivitas sehari-hari menjadi lebih terbatas dan mempengaruhi interaksi sosial yang juga semakin terbatas.
Pola komunikasi yang baik sangatlah dibutuhkan saat berinteraksi dalam sebuah hubungan, baik hubungan dalam keluarga, pertemanan atau sirkel, bahkan dengan pasangan.
Dalam situasi seperti ini, tingkat kecemasan, stres, atau depresi pasti meningkat. Maka dari itu, dibutuhkan hubungan atau relasi yang sehat, serta interaksi sosial yang mampu memotivasi diri agar kita tetap bisa beradaptasi selama pandemi.
Hubungan atau relasi yang sehat bukanlah sekadar romantis, akan tetapi setara dan adil, mutual respect, dan mutual trust. Itu lantaran tujuannya untuk membuat kita bertumbuh menjadi individu yang lebih baik, dengan atau tanpa orang lain.
Sedangkan hubungan atau relasi yang tidak sehat ialah hubungan yang berbasis power dan control, yang membuat kita merasa dalam tekanan dan dalam dominasi orang lain. Ini sangatlah berdampak dan merusak pada masalah emosional.
Hal yang paling merusak dalam menjalin satu interaksi sosial dalam hubungan adalah gaslighting, sebuah istilah yang dipakai untuk menggambarkan bentuk pelecehan emosional dalam sebuah hubungan.
Menurut Stephanie A. Sarkis, Ph.D., gaslighting merupakan taktik dari seseorang dengan tujuan mendapatkan kekuasaan yang lebih, dengan membuat korban mempertanyakan kenyataan. Dilakukan secara perlahan, sehingga korban tidak sadar akan kepercayaan dirinya.
Contoh gaslighting dalam sebuah keluarga ialah, “Bapak ibu yang ngasih makan kamu, yang biayain sekolah kamu, kamu nurut dong…” atau “Perempuan kok hobinya membantah…“.
Dampak dari gaslighting, pertama, membuat kita terganggu terhadap harga diri, mempertanyakan persepsi terhadap dunia, bahkan membuat kita meragukan diri kita sendiri.
Kedua, meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi. Ketiga, ancaman trauma psikologis akibat dari tekanan atau penganiyaan secara emosional. Tentu ini berakibat fatal, terlebih lagi dalam situasi pandemi, kita sebagai individu sangatlah membutuhkan support system dari orang-orang terdekat.
Lalu, apa yang bisa dilakukan ketika mengalami gaslighting, menurut Robin Stern, Ph.D.? Cobalah untuk mengidentifikasi masalah. Tulislah masalah secara spesifik, misalnya kalimat atau kejadian tertentu.
Berikan kesempatan diri merasakan perasaan sesungguhnya. Kenali apa saja perasaan dan pemikiranmu, sehingga bisa mengambil hal-hal yang dibutuhkan untuk merasa lebih baik.
Mulai membuat keputusan kecil. Lakukan secara bertahap untuk menyetop gaslighting, cobalah dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Cari pendapat lain. Tanyakan teman atau keluarga yang dipercaya mengenai gaslighting yang kamu terima.
Berikan kesempatan untuk berkorban. Dalam relasi ini, pelaku sering kali adalah orang yang berharga bagi kamu, sehingga perlu kebesaran hati untuk melepaskan hubungan yang selama ini jadi tumpuan harapan, karena membahayakan dirimu. Menyanyangi diri sendiri. Jujurlah dan bertanggung jawab akan dirimu sendiri.
Untuk membentuk interaksi dalam hubungan yang baik, maka harus menghindari gaslighting, dan bagaimana jalinan hubungan yang baik.
Yang perlu dilakukan ialah, trust (kepercayaan), harus saling percaya agar tidak menimbulkan kecurigaan dalam menjalin hubungan.
Compromise (berkompromi), ini adalah bentuk dalam menentukan keputusan apapun dengan cara saling menguatkan dan saling menguntungkan.
Boundaries (batas), sekuat apapun jalinan hubungan itu, tentu semuanya harus memiliki batasan karena setiap individu tentu memiliki masalah emosional dan keinginannya sendiri. Maka, sangat diperlukan sedikit ruang personal dalam membangun hubungan yang baik.
Respect (menghormati), harus memiliki sikap saling menghargai satu sama lain. Dan yang terakhir adalah communication (komunikasi).
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang assertive, yaitu salah satu teknik berkomunikasi dimana seseorang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri menyampaikan pesan yang ingin disampaikan tanpa harus dengan sesuatu yang keras atau agresif.
Memang, sulit untuk menentukan dengan siapa kita bertemu dan berhubungan. Semua terbentuk dengan alamiah atau dengan sendirinya.
Namun, cobalah untuk sadar bahwa setiap pertemuan dan aktivitas yang kita jalani itu membuat kita bertumbuh menjadi lebih baik, dan lebih menghargai diri kita sendiri.
Penulis : Attabieq Fahmi (Mahasiswa Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Semester VII)
Editor : Thoby/BU