Bidikutama.com — Gaji rendah bagi para pendidik di Indonesia telah menjadi isu yang tidak dapat diabaikan. Perdebatan tentang kondisi finansial para guru dan dosen kembali mencuat setelah sejumlah cuitan di media sosial X pada bulan Februari tahun ini. (21/3)
Bermula dari cuitan dalam akun @KuntoAjiW yang mengunggah gaji pertamanya sebagai anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), “Gaji pertama sebagai Abdi Negara,” ucapnya dalam cuitan di X pada tanggal 17 Februari 2024. Cuitan ini kemudian diposting ulang oleh akun @pnsdaerahjelata yang menyoroti fakta bahwa gaji pertama CPNS hanya 80% dari Gaji Pokok, ini memperkuat argumen bahwa gaji para pegawai negeri, termasuk guru dan dosen, belum memadai.
Perdebatan semakin memanas ketika akun @ikhwanuddin menambahkan pengalaman pribadinya sebagai dosen asisten ahli dengan gaji yang juga hanya sebesar 80% dari Gaji Pokok. Dia mempergunakan hashtag #JanganJadiDosen sebagai bentuk protes terhadap rendahnya gaji dosen di Indonesia. Akun-akun lainnya, termasuk @ardisatriawan yang merupakan Dosen Teknik Elektro di ITB, turut berpartisipasi dalam diskusi ini dengan mengajak untuk berbagi Take Home Pay (THP) atau keseluruhan gaji rutin masing masing dengan hashtag #JanganJadiGuru #JanganJadiDosen.
Terdapat keraguan bahwa gaji rendah bagi pendidik tidak hanya berdampak pada kehidupan pribadi mereka, tetapi juga membawa konsekuensi serius bagi masa depan bangsa. Pendidikan yang berkualitas adalah fondasi pembangunan bangsa yang kuat. Namun, jika guru dan dosen terus menerima upah yang tidak memadai, kualitas pendidikan akan terkikis.
Para lulusan terbaik cenderung menghindari profesi pendidik karena imbalan finansial yang lebih menarik tersedia di bidang-bidang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan sumber daya manusia berkualitas dalam dunia pendidikan. Guru dan dosen yang terbebani dengan masalah keuangan pribadi mereka mungkin tidak dapat memberikan pengajaran dengan fokus dan motivasi yang maksimal. Akibatnya, kualitas pendidikan menurun, dan kesenjangan antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan semakin melebar.
Pemerintah dan berbagai pihak terkait harus bertindak cepat dan tegas untuk mengatasi masalah gaji pendidik yang rendah. Langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan yaitu, seperti peningkatan gaji, pemberian insentif, dan perbaikan fasilitas kerja, harus segera diimplementasikan. Selain itu, perlu ditekankan juga pentingnya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan sosial terhadap profesi pendidik untuk menjadikannya lebih menarik bagi generasi muda.
Masa depan bangsa terletak pada kualitas pendidikan. Jika kita ingin menciptakan generasi yang unggul dan mampu bersaing ditingkat global, maka penghargaan dan pengakuan terhadap para pendidik harus menjadi prioritas utama. Dengan langkah awal memastikan bahwa para pendidik mendapatkan imbalan yang layak, kita dapat membangun pondasi yang kokoh untuk masa depan bangsa ini.
Penulis : Qisthi Qaeeda Rasullah/Mahasiswa Pendidikan Matematika Untirta
Editor : Ardhilah/BU